Kritik Menurut Wedatama
Edisi: 24/18 / Tanggal : 1988-08-13 / Halaman : 102 / Rubrik : KL / Penulis : WIROSARJONO, S.
MENURUT Profesor Selo Soemardjan masyarakat Indonesia termasuk penganut kebudayaan malu. Bahkan di beberapa daerah, nilai-nilai budayanya membenarkan orang menebus malu dengan jiwa sendiri atau jiwa orang lain. Carok di Madura atau siri di Bugis mempunyai akar budaya malu itu, budaya yang sangat menjunjung tinggi kehormatan dan harkat serta martabat diri dan keluarga.
Di Jawa, ada ungkapan sedumuk batuk -- bagian kening kalau tercoreng membikin malu. Dan bagian itu sangat mahal harganya. Banyak kesatria Jawa kehilangan keseimbangan ketika mulai merasa tersentuh sedumuk batuk-nya.
Karena itu, dalam masyarakat yang menganut kebudayaan malu, perkara kritik menjadi sangat pelik. Bagaimana menyampaikan kritik tanpa membuat malu bahkan menjadi problem akademis. Prof. Selo menasihati, lakukanlah kritik itu demikian rupa manis, hingga yang dikritik bisa ketawa terkekeh-kekeh. Sekurang-kurangnya, tersenyum geli.
Karena itu, dalam tradisi masyarakat Yogyakarta, wahana kritik sosial itu disalurkan melalui dagelan Mataram. Dalam seni wayang kulit atau wayang golek pun, kritik dimasukkan dalam bagian yang tidak serius, bebodoran atau pernesan.
Peran pengritik dilakukan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…