Di Pentas Politik Yang Gunjang ...

Edisi: 33/18 / Tanggal : 1988-10-15 / Halaman : 41 / Rubrik : NAS / Penulis :


INDONESIA 1966. Hari-hari di tahun itu merupakan hari-hari kelabu dalam sejarah ekonomi Republik. Tingkat inflasi rupiah: 650% -- hampir 100 kali laju inflasi saat ini. Cadangan devisa nyaris nol. Ketiadaan devisa itulah yang membuat Presiden Soekarno menyetop impor beras. Akibatnya: beras terpaksa dicatu. Ketika itu, untuk mendapatkan jatah tiga liter beras, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya, rakyat terpaksa antre sejak subuh di tempat-tempat penjualan yang disediakan pemerintah.

Singkat kata: perekonomian kita lumpuh. Pabrik-pabrik tutup, karena ketiadaan suku cadang mesin. Jalan-jalan rusak berat, karena ketiadaan duit untuk memperbaikinya. Defisit anggaran belanja negara pada tahun sebelumnya mencapai 300O. "Waktu itu, kalau ada jalan tak berlubang justru orang jadi heran," kata ekonom Widjojo Nitisastro mengenang masa sulit itu. Ia, ketika itu, menjadi ketua tim penasihat ekonomi Presidium Kabinet.

Beban lain, di tahun 1966 itu sebagian dari utang luar negeri Indonesia, sebesar US$ 2,6 milyar, sudah jatuh tempo. Padahal, bila cicilan utang itu dibayar, seluruh pendapatan ekspor Indonesia pada tahun itu akan habis terpakai. Hampir separuh dari utang Indonesia tersebut berasal dari pembelian senjata buatan Uni Soviet dan Cekoslavakia dalam rangka perjuangan membebaskan Irian Barat.

Begitu parahnya keadaan ekonomi Indonesia masa itu sejumlah perusahaan di jerman Barat dan Prancis sudah bersiap-siap menuntut ke pengadilan internasional khawatir kita tak bisa membayar utang. Jepang bahkan telah menghentikan asuransi semua barang yang diekspor ke Indonesia.

Di saat negara di tepi jurang kebangkrutan itulah Sri Sultan Hamengku Buwono IX memainkan peran yang cukup penting. Ia adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk memulihkan keadaan ekonomi. Dalam Kabinet Dwikora yang disempurnakan, 28 Maret 1966, ia menjabat wakil perdana menteri bidang ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Pada Kabinet Ampera, yang dibentuk empat bulan kemudian, ia ditunjuk sebagai menteri utama bidang ekonomi dan keuangan.

Tugas pokok yang diberikan Ketua Presidium Kabinet Ampera Jenderal Soeharto kepada Sultan adalah merehabilitasi keadaan ekonomi Indonesia yang nyaris bangkrut.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?