Tidak Sesuram Tahun 1986
Edisi: 33/18 / Tanggal : 1988-10-15 / Halaman : 84 / Rubrik : EB / Penulis :
BANYAK orang kaya sempat waswas, tak terkecuali para bankir. Mereka menunggu Sidang Kabinet, Kamis pekan lalu, seraya terus memonitor harga minyak. Emas hitam, yang dipandang sebagai barometer ekonomi Indonesia ini, sudah amblas sampai US$ 9 per barel. Mirip musibah 1986, ketika harga minyak berayun sekitar US$ 9 juga, dan memaksa pemerintah memainkan gunting devaluasi.
Kini Dewi Fortuna masih berbaik hati dan gunting devaluasi tetap tersimpan rapi. Jadi, pembaca budiman, tenanglah. Dan jangan heran bila masyarakat semakin percaya pada Menteri Keuangan J.B. Sumarlin, yang dua pekan silam sudah mengatakan "tidak akan ada devaluasi."
"Integritas Pak Sumarlin saya sangka tak perlu diragukan," kata Ketua Perbanas I Nyoman Moena. "Pemerintah tahu bahwa turunnya harga minyak pasti akan dikaitkan orang dengan devaluasi. Sehingga, pagi-pagi Menteri Keuangan sudah mengumumkan bahwa tidak akan melakukan devaluasi," kata Presiden Komisaris Bank Perkembangan Asia, yang juga menjabat Dirut PT Sucofindo itu.
Toh ada juga keraguan, setidaknya di bursa valuta asing BI. Suhu permintaan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…