Babi Atau Bukan, Itulah Soalnya ; Antara Halal Dan Haram

Edisi: 36/18 / Tanggal : 1988-11-05 / Halaman : 72 / Rubrik : NAS / Penulis :


SABTU lalu, seorang murid kelas satu SD di Depok, Jawa Barat, minta uang pada ayahnya untuk membeli permen. Sang ayah menganjurkannya untuk membeli permen Sugus, karena harganya cukup murah. Lalu, si anak menyahut, "Ee . . . Sugus 'kan ada babinya." Setelah uang diterima, sambil berlari ke warung mencari permen, anak itu berteriak, "Dosanya Bapak yang tanggung nanti, lho."

Ini bukan hanya nasib Sugus saja. Produk lain juga diguncang heboh. Di antaranya, sabun mandi Camay, pasta gigi Colgate, Indomie, susu bubuk Dancow, Kecap Bango, Kecap ABC, sampai berbagai macam agar-agar. Hasil produksi berbagai pabrik itu dicurigai memakai bahan gelatin atau shortening dari babi. Padahal, di sini, soal babi adalah bom.

Lalu, kepanikan bagaikan dikomando menjalar ke mana-mana. Di masjid-masjid, khatib terus mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap makanan syubhat -- meragukan. Karena statusnya antara halal dan haram. Peringatan juga disampaikan lewat selebaran-selebaran dakwah. Maka, di sebuah pasar swalayan, seorang suami merebut mi yang diambil istrinya dan mengembalikannya ke tempat semula. "Ini belum tentu haram," bantah istrinya. "Tapi ini barang syubhat," jawab sang suami.

Pemilik kedai-kedai makanan tak kalah cemas bakal dijauhi pelanggan jika diketahui mereka memakai bahan-bahan yang dihebohkan mengandung babi itu. Maka, mereka ramai-ramai ganti suguhan. Sebuah warung makanan di Bogor, misalnya, langsung mengganti Indomie dengan Sarimie. Di Jakarta, pemilik warung-warung sate buru-buru menurunkan papan nama warung mereka yang memajang reklame kecap.

Kedai bakso di Lapangan Tembak, Senayan, bahkan merasa perlu melepaskan merk kecap pada botol-botol yang disediakan di meja. "Ini kecap . . .?" tanya seorang pelanggan. "Bukan, Pak. Kecap itu sudah kami ganti semua," jawab pelayan.

Bagi produsen, kecurigaan begini adalah godam. Kecap cap Bango, yang berproduksi sejak 1928, langsung "pingsan" dipalu kecurigaan masyarakat. Kabarnya, sudah seminggu mereka tak berproduksi. Barang-dagangan mereka -- biarpun tak jelas sangkut-pautnya dengan babi -- banyak dikembalikan.

Penderitaan kecap ABC lain lagi. Di Lampung, misalnya, mobil-mobil pemasaran perusahaan tersebut dicoret-coret dan dilempari penduduk. Mereka merasa (yang belum tentu betul) telah ditipu perusahaan itu selama ini.

Selain itu, sejumlah industri makanan kaleng juga terpaksa mengurangi produksi mereka (lihat Bisnis Pun Tergelincir Lemak).

Heboh produk-produk bercampur babi ini tampak sudah serius. Pekan lalu, Presiden Soeharto, seusai menerima Menteri Perindustrian Hartarto di Bina Graha, mengingatkan, "Masyarakat jangan terpancing isu-isu meresahkan, lalu dapat masuk perangkap gerakan subversi sisa-sisa PKI."

Menteri Kesehatan Adhyatma tidak bersikap defensif. Di depan DPR, ia berjanji akan membentuk tim meneliti soal ini.

Senin pekan lalu, tiga hari sebelum Adhyatma berbicara di DPR, sejumlah pejabat Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen Agama, ditambah anggota Majelis Ulama Indonesia berkumpul di Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengadakan konperensi pers bersama. Dirjen POM Slamet Susilo mengatakan kepada wartawan bahwa gelatin yang dipakai dalam permen, jeli, cokelat, dan es krim yang terdaftar di Departemen Kesehatan berasal dari sapi. Sertifikat eks pemasok dari Davis Gelatin Australia diperlihatkannya.

Ternyata, penjelasan itu belum cukup menyejukkan. Barangkali karena Tri Susanto, dosen teknologi pangan pada Universitas Brawijaya, Malang, yang pertama kali melontarkan "isu babi" itu, kurang diberi waktu untuk menjelaskan hasil pengamatannya. Maka, masyarakat masih tetap meragukan, biarpun Dirjen Slamet Susilo sudah menjamin, makanan yang beredar di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?