Perjalanan Menembus Neraka
Edisi: 51/16 / Tanggal : 1987-02-14 / Halaman : 43 / Rubrik : SEL / Penulis :
IA muncul dari tempat tak dikenal dengan impian memenangkan sebuah lomba balap sepeda, yang bahkan dia sendiri tak dapat mengucapkannya dengan fasih: Tour de France.
Tempat tak dikenal itu adalah Reno, Nevada, Amerika Serikat. Begitu keluar dari kampungnya, dalam usia 19 kala itu, untuk mengayuh sepeda selama 9 bulan di Eropa, rasa rindu rumah merundungnya dengan hebat. Namun, yang diperolehnya memang tak sedikit. Bersaing dengan para profesional dari berbagai negara, dia memperoleh pengalaman sangat berharga, apalagi didukung oleh bakat alamnya yang sangat besar. Sesungguhnya, sejak pertama ia mengayuh pedal sepedanya di jalan-jalan di Eropa, ia merasa tidak cocok dengan kebudayaan yang menjauhkannya dari Log Cabin Syrup, Taco Bell, dan The Rock Ford Files kesukaannya. Kekecewaannya terobati ketika dia sukses menjadi pembalap sepeda nomor satu, mengantungi uang US$ 1,3 juta yang dikumpulkannya dari kemenangannya selama lebih dari empat tahun. "Ulah seorang Amerika yang urakan," demikian komentar masyarakat Prancis.
Greg LeMond tidak hanya bercita-cita tinggi. Khayalnya melampaui bulan. Tour de France, yang pertama kali diadakan pada 1903, berkembang dan lalu dianggap sama keramatnya dengan sosok seorang ibu dan sauce bearnaise (saus mentega dan telur). Berkelok-kelok mengelilingi negeri dalam dua puluh tiga hari, bak ular Bon menggeliat-geliat terkuras napasnya, adalah momen yang paling bergengsi.
"Bersepeda untuk rekreasi barangkali sangat menyenangkan. Tapi yang ini sungguh tak sehat, suatu olah raga yang benar-benar keras," kata seorang pembalap sebelum mencapai finish di Paris tempat yang tiap tahun dilewati oleh para pembalap yang selamat, di bawah bendera Finish di depan Istana Champ Elysees. Berlomba tiap hari terus-menerus sangat memacu jantung, paru-paru, dan tubuh. Coba lihat LeMond. Wajahnya benar-benar kuyu.
Tour de France telah membuat wajah pemuda Amerika itu kelihatan cepat tua. Dalam usia 25 tahun, dia seperti seorang yang selamat dari kamp kematian, bertahan di urutan pertama dalam lomba yang oleh koran-koran Prancis dijuluki "Perjalanan menembus neraka". Dan kali ini, Tour de France yang terberat selama empat puluh tahun terakhir.
Tetapi LeMond lebih dari sekadar selamat dari "neraka". Dia menanggung ancaman yang belum pernah terjadi dalam 83 tahun sejarah Tour de France: suatu pengkhianatan dari dalam timnya sendiri, pengkhianatan yang dipimpin oleh juara tour 5 kali, orang yang paling populer di Prancis, harapan besar bangsa yang bernama Bernard Hinault.
Hinault sendiri telah menjanjikan dukungan kepada rekan satu timnya, LeMond, sebelum perlombaan. Tetapi, di tengah kompetisi, dia bernafsu sekali mengangkangi kemenangan itu, laksana binatang pengerat yang menggeram, mencengkeram. Di negerinya, orang ini memang dijuluki "The Badger", sejenis binatang mengerat berbulu hitam-putih, hidup dalam lubang tanah. Dia memang tak berambisi hanya untuk dirinya sendiri, tapi demi negaranya yang merasa ngeri Tour de France kebanggaannya hendak dibajak oleh seorang Amerika.
Ketika LeMond pertama kali datang dari AS, 1981, Hinault menganggapnya sebagai favorit. Tak lama kemudian, ia menyebut LeMond sebagai saudara kembarnya. Si anak muda LeMond, tentu saja, terbuai dengan sikap itu. Tapi sekarang tidak lagi.
Sekarang dia mengaku bahwa dirinya tak pernah mengerti isi hati Bernard Hinault yang paling dalam. "Aku memandang dia," kata LeMond, "tak ubahnya seperti binatang". Sedangkan bagi penduduk Reno, remaja LeMond - dengan celana pendek hitam Lycra dan kaki yang mulus mengayuh sepeda seharga US$ 2.000 - bagaikan pussy willow, sejenis pohon dengan bunga-bunga kecil putih dan lembut.
Memang, inilah balap sepeda profesional yang paling keras di dunia. Para ahli mengatakan, balap sepeda tingkat Tour de France yang berlangsung selama 23 hari itu lebih berat daripada lari maraton setiap hari selama 3 minggu. Tidak seperti seorang pelari, seorang pembalap harus terus-menerus berlomba untuk saling mendahului. Jantung mereka rata-rata berdenyut 90 sampai 190 kali per menit selama sekian jam. Otot-otot mereka nyeri terbakar asam laktat. Kaki menjadi panas, pantat sakit. Padanan untuk semuanya itu cuma sepatah kata: "sengsara".
"Aku tahu, untuk mencapai yang teratas, aku harus memperoleh pengalaman Eropa," kata LeMond yang menempuh 18.000 mil per tahun, atau rata-rata 75 km per hari. "Anda harus membiasakan diri menderita hari demi hari, bulan demi bulan, sampai di ambang kehancuran, tapi tak- sampai hancur. Pelajaran ini yang kudapatkan di Eropa ketika aku berumur 19 tahun."
Sementara itu, pengalaman lain LeMond di negeri orang banyak yang tidak menyenangkan. Di Amerika, olah raga sepeda hanyalah olah raga kesegaran jasmani. Tapi di Eropa, mengayuh pedal sepeda sama harganya dengan bertinju dan olah raga memasukkan bola ke jaring yang disebut bola basket di AS. Yakni menjadi jalan untuk mengangkat status. Dan itu dibuktikan sendiri oleh seorang anak desa yang kekar: Bernard Hinault. Ketika ia beranjak dewasa, keluarganya tidak memiliki mobil. Sejak peralihan abad ini, di Amerika, itu berarti tipis kemungkinan ekonomi keluarga Hinault berubah. Lihatlah, pemenang pada tour pertama, sekian tahun silam, oleh keluarganya hanya dianggap seorang bocah, dihargai dengan sebongkah keju.
Balap sepeda menuntut usaha keras dari sebuah tim yang terdiri dari 10 orang, untuk meluncurkan seorang jagonya menuju kemenangan. LeMond bergabung dalam tim Hinault sebagai seorang "rekan" - tapi sebenarnya tak lebih dari seorang "kacung". Ia, yang statusnya sedikit lebih tinggi daripada para anggota tim lainnya, mengejar kemudian menyalib dengan melawan arah angin lawan-lawan timnya, untuk memberi jalan kepada pembalap utama, yakni Hinault. Peranannya kelihatan sepele, tapi posisinya tak tergantikan.
Pada hari ke-17 Tour de France 1985, LeMond mendapatkan dirinya berada jauh di depan Hinault dan ia mengambil alih kedudukan pimpinan tour. Kali itu, sebetulnya, LeMond berkesempatan menjadi orang Amerika pertama yang mengenakan kaus ketat berwarna kuning pisang, yang dipersembahkan pada akhir setiap etape kepada pemimpin tour -- "The Yellow Jersey", demikian sebutan kaus yang merupakan simbol kebesaran itu, yang di Prancis lebih dipuja daripada simbol Legiun Kehormatan.
Tapi, pada saat yang menentukan, salah satu dari pelatih LeMond mendahuluinya dengan mobil tim dan memerintahkannya mengurangi kecepatan. Dengan beraninya LeMond menolak. Pelatih Prancis itu sekali lagi berteriak dengan garangnya, "Greg, perintah ini untukmu! Kamu berhenti sekarang juga!" Dengan segan LeMond menurut - memperlambat kecepatan demi melindungi gengsi Hinault agar tetap bisa mengenakan "Yellow Jersey". Menyadari bahwa dirinya sebenarnya yang teratas, LeMond menangis di depan umum.
Kenyataan pahit yang ia alami jelaslah merupakan skandal dalam balap sepeda profesional. Ternyata, olah raga ini tak selamanya bersih. Kadang-kadang politik dan uang ikut berperan, sehingga mempengaruhi hasil akhir kompetisi. Bakat LeMond yang luar biasa itu membuat Hinault tidak berpikir dua kali untuk menarik LeMond ke dalam timnya, La Vie Claire, dengan bayaran US$ 333.000 per tahun salah satu bayaran tertinggi dalam olah raga profesional. Dan yang diperoleh LeMond tak hanya itu. Lewat nilai kontrak dan start money (semacam uang tanda jadi), ia mendapat dua kali lipat.
Buah dari La Vie Claire…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…