Menggebrak Aceh: Pertarungan ...
Edisi: 07/17 / Tanggal : 1987-04-18 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
IA biasa dipanggil dengan sebutan "Broer John", gabungan sebutan Belanda dan nama Inggris, tapi hari itu ia adalah Haji Naro. Dengan pakaian adat Aceh yang tampak kekecilan bagi tubuhnya yang padat, John Naro, Ketua PPP, lengkap dengan topi meuketop, tampil di lapangan bekas tempat penyelenggaraan lomba baca Quran atau MTQ di Desa Arafah, Banda Aceh. Dialah tamu utama siang itu.
Di belakangnya terpampang besar kaligrafi surah Al Ikhlas dari Kitab Suci Quran-sisa hiasan panggung untuk MTQ. Juga: sebuah duplikat pesawat terbang Seulawah yang bertengger tak jauh dari panggung-yang mengingatkan sumbangan orang Aceh pada awal kemerdekaan, berupa sebuah pesawat terbang yang mereka beli, bagi Republik Indonesia yang baru berdiri. Seakan-akan serentak, kaligrafi dan duplikat pesawat terbang itu melambangkan kondisi khusus yang dihadapi para politisi dari Jakarta yang hari itu berdatangan di Aceh, untuk memperebutkan suara: inilah wilayah yang sangat kuat berpegang agama Islam dan, pada saat yang sama, sangat bangga akan perannya dalam sejarah perjuangan yang panjang, keras, dan sukar.
"Memang hebat Aceh, hebat Aceh, hebat Aceh," kata Naro, tertahan-tahan dan penuh haru, memulai pidatonya. Dia layak berperasaan dan berkata begitu. Lebih dari seratus ribu orang -- massa terbesar yang dihadapi Naro selama kampanye -- memenuhi lapangan seluas sekitar 5 hektar tempat ia berpidato siang itu. Sejak ia tiba di Bandar Udara Blang Bintang, jalan praktis macet oleh massa yang mengelu-elukannya. Ribuan orang berdiri, seraya mengangkat tangannya dengan telunjuk mencuat, isyarat angka "satu", nomor PPP. Mereka tak cuma meneriakkan lambang Bintang, tapi menggemuruhkan pekik yang tak ada di wilayah lain di Indonesia, "Golkar Talu, Golkar Talu." Artinya: "Golkar kalah."
Golkar memang kalah dan PPP menang di Aceh pada dua pemilu terakhir. Kenyataan ini -- dan pekik massa itu -- agaknya lebih penting dari seluruh pidato John Naro, yang siang itu diperkenalkan kepada massa sebagai "Haji Jaelani Naro Sarjana Hukum". Tapi justru karena itulah maka pada hari dan jam yang sama Sudharmono sendiri, Kctua Golkar, juga muncul sebagai…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?