Jenderal Mati, Prajurit Tak Ikut

Edisi: 07/17 / Tanggal : 1987-04-18 / Halaman : 14 / Rubrik : NAS / Penulis :


SEBARIS kumis terawat rapi bertengger di atas bibirnya. Kulitnya, yang hitam terbakar, sungguh sesuai untuk menggambarkannya sebagai anak pantai. Memang, Ibrahim Hasan, 52, Gubernur Aceh itu, lahir dan dibesarkan di Sigli, Kabupaten Aceh Pidie, sebuah kota pesisir di tepi Selat Melaka.

Dia datang dari keluarga Islam yang taat. Ayahnya, Almarhum Haji Mohamad Hasan, seorang pendukun Masyumi, sedang kakeknya dari garis ibu dikenal sebagai pendiri pesantren di Gigieng, Simpang Tiga Sigli. Itulah sebabnya, sekalipun sudah belalar sampai ke Amerika, dia tetap dikenal sebagai juru dakwah yang memikat. "Saya tak asing dengan agama. Waktu kecil, pagi saya sekolah umum (SR), sore mengaji agama. Itu kemudian saya perdalam lagi setelah menjadi rektor," katanya.

Menamatkan SR di kampung, Ibrahim Hasan selanjutnya merantau untuk mencari ilmu. Dia menyelesaikan SMP dan SMA di Medan. Gelar sarjana ekonomi diperolehnya dari UI di Jakarta, 1961. Setelah itu, putra sulung dari enam bersaudara ini meraih gelar Master of Business Administration (M.B.A.) dari Syracuse University, New York, dan doktor ilmu ekonomi dari Universitas Indonesia, 1976.

Namun, Ibrahim tetap akrab dengan Aceh, kampungnya. Betapa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?