Mau Kemana Umat Islam? ; Aspirasi Islam, Ke Mana Kini

Edisi: 10/17 / Tanggal : 1987-05-09 / Halaman : 20 / Rubrik : NAS / Penulis :


PEMILU kelima semenjak Republik berdiri berakhir sudah. Hasilnya sudah diketahui. Tapi satu hal masih terus diperdebatkan: mengapa perolehan suara PPP anjlok dramatis di beberapa tempat penting. Misalnya di Aceh dan Sumatera Barat.

Penduduk kedua provinsi ini dikenal sebagai pemeluk Islam yang kuat, yang secara tradisional menyatakan dukungan dan kesetiaannya pada apa yang disebut sebagai "partai Islam". Bahkan di Aceh, Golkar sebelumnya tak pernah berhasil mendapatkan suara terbanyak.

Kini, keadaan berbalik. Golkar menang di kedua provinsi itu. Kini tak ada lagi provinsi yang dimenangkan PPP. Bahkan, perolehan suara partal yang mengerek slmbol Blntang ini merosot merata hampir di semua tempat.

Selama empat kali pemilu, daerah-daerah tersebut relatif dapat d1ipertahankan sebagai "kantung atau basis partai Islam". Mengapa daerah yang "alot" itu sampai jatuh ke tangan Golkar?

Mengapa ini terjadi? Untuk daerah SumBar dan Aceh, tentulah bukan karena faktor penggembosan NU. Sebab, keduanya tidak tergolong daerah basis NU. Kalau begitu, adakah ini contoh kegagalan PPP meraih para pemilih muda? Atau, seberapa besar karena faktor ketidakberesan kepemimpinan dalam tubuh PPP sendiri? Ataukah, karena sesuatu yang lebih serius, yakni memudarnya PPP sebagai partai Islam? Jika benar, bagaimanakah kini dan kelak aspirasi politik Islam disalurkan?

Memang, pemilu kali ini mcrupakan pemilu yang paling bersih dari pertarungan ideologi. Setelah diterimanya asas tunggal Pancasila, kampanye pemilu kali ini boleh dikata tergolong mulus dari bentrokan fisik, dan juga relatif bersih dari pertarungan ayat-ayat suci. Tak ada lagi kontestan yang mengklaim dirinya yang memonopoli agama.

Bandingkanlah, misalnya, dengan Pemilu 1982. Kala itu pecah peristiwa Lapangan Banteng, dan muncul sebutan "keberingasan sosial". Bendera agama masih dikerek tinggi-tinggi oleh PPP, dan ayat-ayat Quran masih dijadikan jualan kala kampanye. PPP mengaku dirinya sebagai satu-satunya pewaris kebenaran agama Islam. Di lain pihak, Golkar mengklaim dirinya sebagai satusatunya kontestan yang paling Pancasilais.

Pada Pemilu 1977, suasana emosional scmacam itu lebih kental. Inilah pertama kali partai Islam tampil ke pemilu dalam bentuk…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?