Seudati, Dansa-dansi, Fahmi
Edisi: 13/17 / Tanggal : 1987-05-30 / Halaman : 17 / Rubrik : NAS / Penulis :
KENAPA protes ? Dan mengapa umumnya tampil dengan lambang dan pernyataan agama, yang ingin murni? Banyak penyebabnya, tentu. Dan tak cuma terjadi sekarang, tak juga terbatas di Aceh. Menurut Sejarawan Dr.Sartono Kartodirdjo, yang terkenal dengan karvanya tentang gerakan protes dalam sejarah Jawa, gerakan itu berlangsung secara endemis dalam abad ke-19 dan empat dasawarsa abad ke-20. Itulah masa ketika masyarakat tradisional mengalami berbagai perubahan sosial.
Masuknya ekonomi uang, introduksi sistem pajak, dan masalah penggunaaan tanah untuk tebu langsung atau tak langsung menimbulkan gejolak. Ihwal sistem pajak, contohnya, terjadi pada suatu pemberontaka di Cilegon di tahun t888. Kerusuhan di Gedangan (1904) timbul akibat konflik tanah untuk perkebunan tebu.
Sebagian gejolak itu berakar pada masalah sosial-ekonomis. Meskipun begitu, manifestasinya lebih bersifat gerakan memaklumkan Ratu Adil - yang lazim disebut sebagai Mesianisme. Dari situ tampak, protes bertujuan mengembalikan suasana dari apa yang dirasakan sebagai zaman edan ke arah suasana zaman keserasian hidup tradisional. Dalam keadaan berhadapan dengan pemerintah yang menjaga ketertiban kolonial, gerakan protes itu mudah mengambil bentuk keagamaan: kehadiran Belanda yang dianggap "kafir" jadi kondisi yang cukup untuk memancangkan panji-panji Islam dalam melancarkan protes yang latar belakangnya sebenarnya sosial itu.
Maka, sering pemuka agama atau ulama yang memimpin gerakan protes itu. Mereka agaknya merasa menjadl penJaga atau pemelihara moral masyarakat. Protes, dalam hal semacam ini, dilakukan untuk memurnikan kembali akhlak masyarakat yang dianggap sudah tercemar atau menyeleweng.
Tak teramat mengejutkan bila protes semacam itu terjadi di daerah Aceh, justru pada saat proses "modernisasi" berlangsung lebih pesat, melalui komunikasi yang kian deras. Seperti dikatakan Dr. Astrid S. Susanto, ahli komunikasi massa yang kini kepala biro komunikasi sosial dan ilmu pengetahuan di Bappenas, pembangunan atau modernisasi bisa menimbulkan adaptasi, tapi juga regresi dan agresi. Yang terjadi di dua kota Aceh dua pekan lalu itu (lihat Protes di Balik Jubah) adalah contoh regresi, atau pengunduran diri. "Mereka secara tak langsung mengundurkan diri dan proses…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?