Menjinakkan Kuda Hitam Iran

Edisi: 40/17 / Tanggal : 1987-12-05 / Halaman : 94 / Rubrik : EB / Penulis :


MUSIM dingin belum lagi menggigit Eropa ketika Menteri Pertambangan dan Energi Subroto bertolak ke Wina, Selasa sore pekan ini. Memimpin delegasi kecil, antara lain Dirut Pertamina A.R. Ramly dan penasihat menteri, Wijarso, Prof. Subroto tak langsung menuju markas besar OPEC di Austria. Tapi akan singgah beberapa hari di Lagos, ibu kota Nigeria, untuk berbincang-bincang dengan Ketua OPEC Rilwanu Lukman.

Boleh jadi yang akan dibicarakan di Lagos lebih menyangkut soal produksi, ketimbang masalah harga yang belakangan ini menurun, akibat kelebihan minyak (glut) di pasaran. Bagaimana harga rata-rata per barel yang 18 dolar bisa dipertahankan, kalau banyak anggota, terutama Irak, gemar menggenjot produksi di atas kuota yang sudah disepakati.

Irak, yang masih terus saja baku hantam melawan Iran, memang tidak bersedia menandatangani konsensus OPEC. Mereka menolak diberi jatah 1.540.000 barel sehari, dan minimal minta disamakan dengan Iran, musuh bebuyutannya, yang kebagian kuota 2.369.000 barel sehari. Untuk membiayai mesin perangnya, Presiden Saddam Hussein bahkan membiarkan negerinya menggenjot produksi hingga di atas jatah resmi Iran, konon pernah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…