Oposisi Kehilangan Peluang Emasnya

Edisi: 43/17 / Tanggal : 1987-12-26 / Halaman : 77 / Rubrik : LN / Penulis :


KEADAAN berangsur reda. Malam Minggu, hanya tiga hari sesudah pemilu, kawasan Myongdong, pusat pertokoan mewah di Seoul, sudah dibanjiri orang-orang yang sibuk mencari hadiah Natal dan Tahun Baru. Suasana tenang tenteram, sementara di toko-toko itu berkumandang lagu-lagu Natal yang syahdu.

Tapi di ujung jalan itu berlangsung aksi protes. Tepat di depan katedral Myongdong -- pusat agama Katolik di Korea Selatan -- ratusan mahasiswa berdemonstrasi dan meneriakkan yel-yel seperti "Jatuhkan pemerintah Chun Doo-Hwan dan Roh Tae Woo. Bunuh Roh, bunuh Chun!" Mereka mengecam hasil pemilu yang katanya dimanipulasi oleh penguasa militer.

Di Kwangju dan sembilan kota lainnya di selatan -- basis oposisi -- meletus protes besar-kecil yang tidak segera bisa dipadamkan. Sekitar tiga ribu demo terlibat adu kekuatan dengan polisi di Kwangju, Sabtu baru lalu, sementara banyak penonton bertepuk t,angan dan pengeras suara dari pihak oposisi sibuk menggelorakan semangat. Bentrokan itu berlangsung enam jam, riuh-rendah dengan gemuruh penonton yang dengan sengit meng-hu-hu polisi, apalagi jika penegak hukum ini menyemprotkan gas air mata ke arah demo.

Tidak hanya itu. Dua pengeras suara yang dipasang di puncak gereja tak putus-putusnya meneriakkan slogan antipemerintah, dan mengingatkan peristiwa berdarah Mei 1980, ketika 200 mahasiswa tewas dibantai tentara. "Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air. Apa yang kau takutkan? Bukankah kita dulu bangkit melawan dengan berani ? Ayo maju " begitu pekik seorang gadis lewat mikropon.

Mendengar ini, tidak sedikit orang yang teragitasi, dan langsung memungut batu, lalu melemparkannya ke polisi. Bentrokan yang cukup seru juga terjadi di kota-kota kecil: Mokpo, Sunchon, Kangjin, Bosung, Yongan, Damyang, Muan, Haenam, dan Naju. Di distrik Kuro, barat daya Seoul, kerusuhan sudah meletus sejak hari pemilu, antara lain karena mahasiswa memperebutkan kotak suara, sementara tujuh mobil dibakar dan dua mencoba bunuh diri.

Sampai awal pekan ini menurut Reuters ada 1.700 orang ditahan -- jumlah yang akan terus bertambah, andai kata mahasiswa ngotot, sementara Presiden Chun Doo-Hwan bersiteguh menjalankan politik tangan besi. Pemerintah sengaja memperketat kontrol keamanan, dengan alasan pemilu sudah berlalu, dan rakyat diimbau untuk menerima hasilnya. Chun mengingatkan bahwa pemilu itu sendiri diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang ada -- berarti tidak beralasan kalau rakyat melancarkan aksi protes.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Chun Doo-Hwan merasa puas dengan kemenangan tokoh yang dicalonkannya: Roh Tae-Woo. Sabtu pagi baru lalu ia menerima calon presiden itu di kediamannya, "Rumah Biru", sedikit di luar Kota Seoul. Dalam kesempatan itu Chun menyatakan akan bekerja sama dengan Roh, sampai serah-terima jabatan dilangsungkan, 25 Februari tahun depan. Pada saat yang sama, kubu oposisi bagaikan dihantui rasa sesal yang tak habis-habisnya. Presiden terpilih Roh Tae-Woo sudah menyerukan tawaran rujuk kepada kedua tokoh oposisi: Kim Young-Sam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…