Bila Lahan Makin Menyempit
Edisi: 53/16 / Tanggal : 1987-02-28 / Halaman : 40 / Rubrik : LIN / Penulis :
SETIAP kali memandang sawahnya, Mang Karman, 51, kini merasa was-was. Dalam hatinya petani ini selalu bertanya, apakah panen mendatang bakal menjadi panen terakhir buatnya. Ia memang merasa makin tersudut. Bangunan perkantoran, pabrik, dan perumahan - seperti "Margahayu Raya" -- makin mendesak maju mengurung sawahnya yang terletak tak jauh dari Jalan Soekarno-Hatta di Bandung itu. "Saya tak pernah bermimpi bakal terjadi seperti itu," tuturnya.
Harga tanah di situ pun terus melejit. Pada 1979 hanya Rp 20.000/m2. Tapi dua tahun lalu sudah naik menjadi Rp 30.000, dan kini bisa laku setidaknya Rp 40.000. Keadaan lingkungan dan perkembangan nilai tanah seperti itulah yang membuat Mang Karman khawatir bidang kerjanya bakal tergusur.
Di daerah lain, terutama di Jawa, pergeseran pemakaian lahan juga terjadi. Dalam satu dasawarsa, antara 1970 dan 1980, menurut Menteri Pertanian Achmad Affandi, sekitar 141.000 ha sawah berubah fungsi menjadi permukiman, industri, maupun dimanfaatkan untuk tanaman nonpadi. "Rata-rata per tahun tercatat kehilangan sawah 14.000 hektar," katanya kepada Syatrya Utama dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…