Menjenguk Para Suhu
Edisi: 53/16 / Tanggal : 1987-02-28 / Halaman : 96 / Rubrik : SR / Penulis :
SENI lukis modern muncul dan tumbuh di negeri kita serempak dengan perjuangan nasional. Zaman yang bergolak agaknya lebih cocok dengan garis, warna, dan ungkapan dwimatra. Massa, bobot, volume -- ungkapan trimatra -- harus menunggu zaman yang lebih mantap secara sosial dan politik.
Berarti, pembentukan pematung yang khusus dan dalam jumlah besar harus menunggu terselenggaranya pendidikan formal. Di Yogyakarta, pada Akademi Seni Rupa Indonesia {sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia: FSRD-ISI), dibuka sebelum 1960. Di Bandung, pada Bagian Seni Rupa (sekarang FSRD) ITB, sesudahnya (1964).
Siapa pendekarnya? Di Yogyakarta antara lain Edhi Sunarso dan G. Sidharta. Di Bandung ada But Muchtar (sekarang Rektor ISI Yogyakarta). Kemudian bergabung Sidharta dan Rita Widagdo. Agaknya kenyataan ini yang mendorong Dewan Kesenian Jakarta menyajikan karya mereka dalam Pameran 4 Pematung Indonesia di Galeri Utama Taman Ismail Marzuki, 16--28 Februari.
Bermacam pendekatan kepada perupaan trimatra dapat kita saksikan. Rita memamerkan tidak kurang dari 15 karya (hanya 12 tercantum dalam katalog). Ia tampaknya tidak menghendaki patung…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…