Politik Ma'rifat Nu
Edisi: 06/17 / Tanggal : 1987-04-11 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
CAK Dur, ketua umum PB NU, dikenal suka lelucon. "Saya ini seperti orang teler setelah menenggak bir bintang, langsung nyender di beringin, kemudian diseruduk banteng," tuturnya, ketika memberi sambutan pada acara perayaan Isra Miraj di Markas Golkar, Slipi, Jakarta, Senin pekan ini. Itulah gaya tokoh yang belum begitu lama duduk di pucuk pimpinan NU itu, di hadapan sekitar 2.000 undangan, termasuk Ketua Umum Golkar, Sudharmono, dan Sekjennya, Sarwono. Dengan itu ia ingin menyatakan, NU berada di atas semua golongan.
NU memang sedang jadi primadona. Sesudah semboyan kembali ke Khittah yang dikumandangkan lewat Muktamar Situbondo 1984, yang melepaskan NU dari ikatan organisatoris dengan PPP, "Massa NU kini menjadi floattng mass seperti yang diinginkan, Ali Murtopo," ujar Abdurrahman Wahid. Ya Cak Dur itu. Suara massa mengapung inilah yang sekarang diperebutkan ketiga kontestan.
Soalnya, jumlah warga organisasi yang berkiblat ke pesantren-pesantren ini tak bisa diremehkan. Pada Pemilu 1955, NU keluar sebagai partai no. 3 di belakang PNI dan Masyumi. Partai berlambang bola dunia ini berhasil meraih 18,4% dari hampir 38 juta suara yang masuk -- sementara PNI 22,3% dan Masyumi 20,9%.
Enambelas tahun kemudian, pada pemilu pertama di masa Orde Baru, hanya NU yang berhasil mempertahankan prestasinya. Meski kalah jauh dari Golkar -- pendatang baru yang meraup 62,8% suara -- NU menjadi runner up dengan 18,6 persen. Ini membuktikan, NU memiliki massa yang tahan goncangan tidak menyusut, bahkan bertambah dengan 0,2%. Bandingkan dengan PNI yang hanya 6,9%, atau Parmusi (Partai Muslimin Indonesia, yang dianggap penerus Masyumi) yang cuma 6,3%. Bila diingat suara yang diperoleh semua partai Islam kala itu (NU, Parmusi, PSII dan Perti) berjumlah 27,9%, maka "Saham NU pada partai Islam sangat dominan, sekitar 67%," kata Dr. Alfian dari LIPI. Yang aneh, saham besar, tapi jumlah kursi di DPR -- sesudah fusi -- terus menurun. Ketika belum bersatu, dari 360 kursi yang diperebutkan pada Pemilu 1971, 58 jatuh ke NU, 24 Parmusi, 10 PSII, dan 2 Perti. Ketika mereka mengerek bendera PPP, 1977, dan berhasil panen 99 kursi, NU kebagian 56 (kurang dua kursi dari pemilu sebelumnya),…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?