Setapak Demi Setapak Aids ...

Edisi: 08/17 / Tanggal : 1987-04-25 / Halaman : 65 / Rubrik : KSH / Penulis :


RABU, 8 April lalu, sehari sebelum Edward Hop meninggal di RSU Sanglah, Bali, Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan berita kematian seorang penderita AIDS. Pasien AIDS berusia 55 tahun ini bukan turis atau orang asing. Ia seorang pedagang Cina Singapura.

Kementerian tak bersedia memberikan identitasnya. Namun, dijelaskan pedagang itu tidak terkategori mempunyai risiko tinggi terjangkit AIDS. Ia bukan pria homoseksual, bukan pecandu obat bius, dan tidak menderita penyakit darah. Kementerian Kesehatan memperkirakan AIDS didapat pedagang itu di luar Singapura - kemungkinan melalui hubungan dengan pelacur - maklum, ia sering bepergian ke luar negeri.

Pasien itu agaknya tak sadar akan penyakitnya. Ketika datang ke RS Tan Hock Seng dan diperiksa di bagian penyakit menular, ia sudah mengalami komplikasi lanjut. Antibiotik khusus untuk memerangi retrovirus cuma mampu menghambat perkembangan HIV dalam tubuhnya selama beberapa bulan. Awal April, radang paru-paru akibat pnemocystis cannii-nya menggawat dan seminggu kemudian ia meninggal.

Menurut keterangan resmi Kementerian Kesehatan Singapura, pasieen AIDS yang baru meninggal itu adalah satu-satunya penderita AIDS di Singapura. Namun, seorang pejabat Direktorat Pelayanan Kesehatan Singapura mengutarakan pada Ekram H. Attamimi dari TEMPO, sejak April 1985 ditemukan 9 kasus AIDS di Singapura. Menurut pejabat yang tak mau disebutkan namanya itu, telah dilakukan pemeriksaan besar-besaran di kalangan wanita penghibur - pemijat dan pramuria -- di Singapura, selain pusat-pusat transfusi darah.

Membawa pulang virus HIV setelah melacur di luar negeri agaknya akan menjadi pola penyebaran AIDS di Asia, tempat homoseksual bukan kebiasaan umum. Di Hong Kong, Departemen Kesehatan Masyarakat Februari lalu mengumumkan perkiraan pola penyebaran ini. Di koloni Inggris itu, dari 72 penderita AIDS hanya 28 diketahui terjangkit melalui kontak homoseksual. Selebihnya mendapatkannya dari hubungan heteroseks dengan pelacur di luar Hong Kong.

Khawatir pelacur Hong Kong terjangkit AIDS "impor" lewat warganya yang sering jalan-jalan ke luar negeri, Departemen Kesehatan Masyarakat membuka pusat informasi AIDS yang melayani pertanyaan publik melalui telepon. Pelayanan keterangan telepon ini diberikan dalam dua bahasa, Inggris dan Mandarin, selama 24 jam - sekitar 60 call masuk seharinya. Selain mencegah penyebaran penyakit berbahaya itu, pelayanan informasi dan konsultasi melalui telepon juga bertujuan menjaring penderita, sebisanya pada tahap dini.

Di Jepang pelacuran sudah menjadi momok. Kabukicho, pusat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14

Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…

D
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16

Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…

C
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16

Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…