Teater Indonesia Di Mata Jit
Edisi: 09/17 / Tanggal : 1987-05-02 / Halaman : 82 / Rubrik : TER / Penulis :
SEBUAH pertunjukan 1987 terbesar. Teater kolosal ini berakhir pertengahan bulan lalu. Bendera kuning, hijau, merah mewarnai pentas terbuka. Musiknya: deru deram mobil ledakan knalpot, hurahura. Pemainnya berjibun. Penonton menyambut dengan hibuk dan pikuk. Itulah kampanye pemilu - pesta demokrasi di sini (lihat Laporan Utama).
Demikianlah, paling tidak, pengamatan Krishen Jit, 48 tahun, kritikus teater dari Malaysia. "Masyarakat Indonesia merasa perlu mengekspresikan diri, menjadi seseorang yang lain dari kehidupan sehari-harinya. Kultur seperti itu yang, antara lain mendukung tumbuhnya teater modern disini," ujar dosen performing art pada Fakultas Rancangan Pengkajian Asia Tenggara, Universitas Malaya, itu.
Jit tiga minggu sudah di Jakarta. Ia berdiskusi dengan pentolan teater: Rendra, Teguh Karya, Arifin C. Noer, N. Riantiarno. Jit kemari untuk meneliti pertumbuhan dan kehidupan teater modern di Asia Tenggara. Ini ia rintis sejak 10 tahun berselang. Ia juga akan mengunjungi beberapa kota lain di Indonesia.
Profesor ini menilai kehidupan teater modern di Indonesia, terutama di Jakarta, paling…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…