Ia Memamerkan Lesung Pipitnya
Edisi: 23/17 / Tanggal : 1987-08-08 / Halaman : 59 / Rubrik : OR / Penulis :
KETIKA tepuk sorak penonton Istora Senayan bergema, Minggu malam dua pekan lalu, Ivanna Lie tersenyum. Tapi matanya basah. Satu per satu rekan, pelatih dan kenalannya datang memeluk atau memberi selamat. Bukan hanya untuk gelar juara ganda Kejuaraan Indonesia Terbuka yang baru saja direbutnya bersama Rosiana Tendean. Tapi untuk sebuah keputusan yang sudah bulat diambil: meninggalkan pelatnas Senayan, yang sudah 11 tahun menyatu dengannya.
"Saya memang sedih. Tapi, dari sudut lain, saya harus memikirkan masa depan saya juga," kata Ivanna pada TEMPO, Sabtu pekan lalu di rumahnya, di Jalan Terusan Leo, Bandung. Rumah seluas 250 m2 itu tampak sederhana. Tak ada perabot mewah di sana. Di ruang tamu, dalam lemari kaca, dipajang piala kemenangan Ivanna dan foto-foto kenangan Ivanna meniti karier bulu tangkis.
"Sebetulnya, masih banyak lagi piala dan medali. Tapi, kapan sempatnya mengurus ini semua? Waktu saya habis buat pelatnas. Dalam seminggu, paling cuma hari Sabtu saja saya pulang dan Minggu balik ke Jakarta. Tapi sekarang saya merasa bebas," katanya sembari tertawa. Omelan-omelan pelatih, dan disiplin keras yang selama ini senantiasa menghantui, tinggal kenangan.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…