Ketika Ekstremis Dan Rezim Berantem
Edisi: 28/23 / Tanggal : 1993-09-11 / Halaman : 99 / Rubrik : PDK / Penulis :
PELAJAR berantem, itu bukan berita lagi. Tapi, bila perkelahian itu antarkelas, seperti yang terjadi Jumat dua pekan lalu di SMA 70, Bulungan, Jakarta, ini agaknya berita baru. Kepala sekolah segera meliburkan siswa pria di sekolah yang termasuk favorit itu hingga Rabu pekan ini.
SMA 70 berasal dari SMA 9 dan SMA 11 yang, pada 1981, digabung lantaran pelajar dua sekolah yang berdempetan itu sering berantem. Ini menjadikan sekolah itu SMA negeri terbesar se-Indonesia: kini mengasuh 2.200 siswa. Penggabungan itu dinilai efektif. "Insiden perkelahian menurun drastis," kata Iesye L. Sampurnaatmadja, koordinator Bimbingan dan Penyuluhan SMA itu. Prestasi siswa pun lumayan. Tahun lalu, 200 lebih lulusannya lolos ke perguruan tinggi negeri. Dan menurut catatan Biro Psikologi Trisula Utama, yang kliennya hampir semua SLTA negeri di 16 provinsi, siswa SMA 70 menduduki peringkat tertinggi dalam tes IQ.
Namun, penggabungan dua SMA itu menimbulkan masalah: kegiatan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…