Tak Mungkin Membakar Ka'bah

Edisi: 24/17 / Tanggal : 1987-08-15 / Halaman : 63 / Rubrik : AG / Penulis :


NAMANYA Ataolahe Mohajerani. Berambut pendek. Bercambang. Berjenggot. Ia berjas wol agak belel. Ia, sekali lagi, sosok stereotip Pasdaran, pasukan revolusi Iran. Deputi Perdana Menteri Iran yang mengurusi bidang hukum ini, Kamis lalu, menemui Presiden Soeharto di Cendana. "Saya ditugasi menyampaikan pesan tentang apa yang terjadi di Mekah," ujar Ataolahe.

Mengapa harus ke Indonesia dan apa yang diharapkan Iran?
"Karena kami menganggap perlu menyampaikan informasi yang tepat. Penduduk Indonesia yang terbanyak Islam. Kami menghargai peran Indonesia dalam dunia Islam, seperti terbukti selama ini."
Tentang bahan peledak yang disiarkan TV Saudi.
"Mereka menyitanya tahun lalu, kok baru sekarang disiarkan?" Ataolahe juga bercerita peristiwa berdarah di Mekah, 20 November 1979, "Itu tak ada hubungan dengan kami."
Dalam pada itu, di tempat melempar jumrah, Mina, wartawan TEMPO M. Baharun mewawancarai orang Iran yang lain. Militan pula. Dialah Fadhil Sholihin. Hakim Tinggi Pengadilan Islam Teheran ini memimpin demonstrasi di Mekah. Seperti Mohajerani, Fadhil menyuarakan Iran-nya, keras. Begini:
"Kami berdemonstrasi seperti di tahun-tahun silam, agar umat Islam di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…