Festival Orang-orang Ponorogo

Edisi: 26/17 / Tanggal : 1987-08-29 / Halaman : 63 / Rubrik : TAR / Penulis :


REOG, sore 14 Agustus lalu, menyihir Surabaya. Barisan kesenian asli Ponorogo ini, sepanjang 3 kilometer, membuat warga di sana berdecak. Turis-turis asing yang sedang di Jawa Timur juga seperti tergiring, menyaksikan kesenian tradisional ini.

Grup Reog Pujangga Anom dari Kauman, Sumoroto, Ponorogo, misalnya, mendemonstrasikan barongannya dengan meliuk-liuk. Barongan seberat 60 kg itu di tangan Trimo Asmoro, 42 tahun, bak burung merak yang lincah. Ia seakan terbang. Ia seakan garang seperti harimau.

Diiringi kombinasi gamelan yang intinya laras pelog, slendro, dan barang, tabuhan itu nampak gayengan tak mblero. Ditimpa dengan Gending Ponorag, yang bersemangat serta entakan kaki beritmis, reog jadi tambah menawan. Ada 23 grup yang berlaga di festival itu, seperti dari Nganjuk, Ponorogo Surabaya, Sidarjo. Tiap grup reog, yang tak kurang dari 20 orang itu, kalau diperhatikan sudah memunculkan keunikan tersendiri.

Lihatlah dandanan Raja Kelono Sewandono yang memerintah negara Bantarangin. Memakai topeng, elok wajahnya. Langkahnya trengginas, dan tentu saja sakti. Patihnya juga sakti. Tapi ia buruk rupa. Kepalanya benjol, dahinya nonong, matanya melotot, hidungnya besar, rambutnya nggimbal, dan, maaf, giginya tonggos, serta tangannya ceko. Pokoknya jelek, deh. Tapi ia berbudi luhur, bertata krama. Si patih ini bernama Kelono Wijoyo alias Bujang Ganong.

Masih ada lagi pengiring ratu dan patihnya ini, yaitu dua bocah laki-laki yang didandani dan bertingkah wanita.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05

Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…

Y
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29

Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…

B
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04

Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…