Satu Tuhan Di Antara Banyak Aliran
Edisi: 26/17 / Tanggal : 1987-08-29 / Halaman : 72 / Rubrik : AG / Penulis :
WAHAI kaum Muslimin, bersatulah . . .," ( Ya ayyuhal muslimun. Ittahidu...) Itulah bunyi slogan. Itulah sebuah idealisasi, untuk persatuan, ukhuwah. Tetapi, memasuki awal Muharam, Rabu ini, Ukhuwah terasa semakin jauh dari kenyataan. Perang Iran-Irak -- sesama saudara Muslim belum menunjukkan tanda akan berakhir setelah menelan korban lebih dari sejuta warga Islam selama tujuh tahun berlangsung. Bahkan pertentangan semakin melibatkan umat seiman di negara lain Arab Saudi, misalnya, semakin bermusuhan dengan Iran. Diplomatnya di Teheran, Mossaid Al Ghamdi yang sudah sekarat, ketika hendak diterbangkan ke negaranya pekan lalu, meninggal di lapangan terbang Teheran.
Al Ghamdi adalah korban yang jatuh ketika Kedubes Saudi di Teheran diserbu massa. Itulah salah satu buntut berdarah dari peristiwa Jum'at berdarah di Mekah, 31 Juli lalu, yang menewaskan lebih dari 200 jemaah Iran.
Tingkah Iran, yang mengobral dendam menjelang terbitnya tahun baru Hijriah itu, segera mengingatkan orang pada salah satu cikal bakal perpecahan di dunia Islaman. Itulah saat pembantaian "Imam Husain" di Karbala, Irak, 10 Muharam, 64 Hijriah atau tahun 671 Masehi.
Husain tewas dan kepalanya dipenggal. Cucu Nabi -- anak Saidina Ali dengan Fatimah Zahrah -- itu di kalangan Syiah disebut sebagai Imam Ketiga. Pembantaian atas diri Husein itu dijadikan sebagai simbol perjuangan kaum Syiah.
Mereka mengimani bahwa imam Islam harus dipegang oleh keturunan Ali Ibn Abu Thalib, langsung dengan Nabi, sebagai keluarga. Dan tragedi itu mereka peringati dengan cara masochistis -- menyiksa diri sendiri, menyesal, dan menangis sejadi-jadinya, kenapa tak bisa membantu Imam Husain. Upacara ala masochistis ini konon warisan kepercayaan Parsia Arya, sebelum Islam.
Sedangkan tahun baru Islam, 1 Muharam, merupakan awal kelahiran sejarah Islam, yang tonggaknya dimulai ketika Nabi hijrah ke Madinah Al Munawwarah, Kota Penuh Cahaya. Dengan mulainya penanggalan ini, diharap apa yang disebut "persatuan umat", dalam Islam, terwujud. Penetapan yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab, bertepatan dengan 622 Masehi.
Tetapi penetapan itu tak pernah disukai kalangan penganut Syiah (artinya: "pengikut" dari Saidina Ali). Sebaliknya, 10 Muharam, oleh kaum Wahabi yang bcrpegang pada ajaran salaf dan kini berkuasa di Arab Saudi, tetap dianggap bid'ah, dibikin-bikin atau suatu "penyelewengan dari agama". Ketika awal mereka berkuasa di Saudi, bangunan-bangunan kuburan, misalnya, diberangus -- agar "tak ada lagi yang memuja kuburan", seperti pesan Nabi.
Macetnya ukhuwah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…