Habis-habisan Dengan Mafia
Edisi: 06/16 / Tanggal : 1986-04-05 / Halaman : 41 / Rubrik : SEL / Penulis :
KIAMAT sedang mengancam La Cosa Nostra -- alias "mafia" yang terkenal itu. Ketika Paul Castellano, gembong mafia AS, ditembak mati di 46th Street, New York, tahun lalu, pasang surut tampaknya mulai melanda sindikat bandit yang paling ditakuti di seantero AS itu. Castellano, 70, dibunuh menurut "efisiensi" mafia yang paling khas.
Setelah kejutan singkat, reaksi masyarakat kemudian bangkit di luar dugaan. Orang mulai secara terbuka mengejek para pemeras, para tokoh bisnis palsu, dan para centeng yang selama ini merupakan pilar-pilar serikat gelap. "Inilah pertanda betapa merosotnya sudah sindikat kejahatan yang paling ditakuti di sepanjang sejarah," kata Fred Wehner, yang menulis serangkaian laporan untuk surat kabar South China Morning Post. Beberapa tahun yang silam, rakyat Amerika bahkan tidak mempunyai keberanian hanya untuk mengucapkan kata "mafia". Kini, mereka mengolok-olok istilah itu.
Sejak pergantian abad yang lalu, dua patah kata bersayap cukup untuk menjamin perlindungan, atau mengharapkan sebuah pembunuhan, penyiksaan, pemerasan, dan tindakan balas dendam lain dari sindikat ini. Kata bersayap itu ialah: "Saya koneksi." Dengan dua kata ini, terbayanglah sudah pertalian seseorang dengan mafia, lengkap dengan seluruh jaringan, dan mesin perangnya di latar belakang.
Namun, keadaan akhirnya berubah. Ke atas panggung permainan muncul generasi penumpas bandit tipe baru: para birokrat yang berdarah dan berkepala dingin. Dan hasilnya sungguh menakjubkan. Castellano, yang pernah memegang jabatan Capo Di Tutti Capi dan sekaligus menjadi Godfather para "mafiosi" di seluruh penjuru AS, kebetulan, pula sedang terancam akan dipensiunkan oleh para anak buahnya.
Kebetulan, tokoh yang berbicara lembut ini sedang bersiap untuk diadili dalam sebuah perkara jaringan pencurian mobil yang sangat piawai dan bertaraf internasional. Ia dituduh sebagai otak jaringan itu. Dan beberapa perkara lain, termasuk pembunuhan, sudah menunggunya pula. Bersama dia, akan duduk pula di kursi terdakwa empat "kepala keluarga" mafia New York.
Para kakap ini bisa diseret ke pengadilan berkat satuan super-efisien yang terdiri dari penumpas kejahatan jenis baru yang sedang berkembang di AS. Terutama setelah kematian bekas Direktur Biro Pengusut Federal (FBI), J. Edgar Hoover. Sejak 1981, sejumlah pemuka mafia dari 17 kota besar di AS dapat didudukkan di kursi terdakwa -- beberapa bahkan sudah dijatuhi hukuman.
Di belakang semua hasil besar ini berdiri Rudolph Giuliani, pria muda dengan wajah pucat dan perawakan kurus tetapi alot. Dalam kepala Giuliani terpendam sebuah cita-cita: membersihkan nama orang orang Italia-Amerika, dan menjadikan benua itu sebuah tempat yang menyenangkan untuk didiami.
Sebagai Jaksa Federal, ia nekat tampil di televisi New York untuk menantang para gangster mafia, dan mengatakan kepada mereka bahwa "permainan sudah selesai". Padahal, selama puluhan tahun, para penegak hukum hanya mengikuti jalan pikiran masyarakat: biarkan para penjahat itu saling membunuh, kita tak perlu ambil peduli.
Kini keadaan berubah. Para polisi lokal dan anggota FBI sudah berani mengusut pembunuhan anggota mafia sama gencarnya dengan mengusut pembunuhan biasa. "Tekanan terhadap para bandit mafia itu makin kentara, dan tidak jarang di antara mereka kemudian ada yang bersedia membuka mulut," ujar Ronald Goldstock, direktur Satgas Antikejahatan Terorganisasi, salah seorang tokoh di antara barisan penumpas kejahatan tipe baru.
"Untuk waktu yang cukup lama, orang-orang itu seperti dibiarkan," kata Goldstock. "Sekarang, Sudah tiba saatnya untuk menumpas mereka." Selama tahun-tahun terakhir ini, dinas-dinas penegak hukum AS menghabiskan sekitar HK$ 1,1 milyar (Rp 160 milyar) setiap tahun untuk melawan sindikat kejahatan. Giuliani lalu muncul dengan gagasan orisinil: membiayai perang terhadap kejahatan itu dengan dana yang digali dari harta mafia yang bisa disita.
Senjata makan tuan, memang. Menurut taksiran kasar, di seluruh AS terdapat sekitar 20 ribu pendukung mafia -- sepuluh persen di antaranya anggota aktif. Sejak 20 tahun lalu, sudah diletakkan dasar hukum yang bisa digunakan oleh para penegak keadilan untuk melawan serikat bandit ini. Tapi tak satu perubahan besar pun yang terjadi.
Pada pertengahan 1960-an, berbagai komite Kongres dan kepresidenan dibentuk untuk mengetahui mengapa langkah-langkah Jaksa Agung Robert Kennedy untuk menumpas kejahatan terorganisasi akhirnya melempem begitu saja. Tak ada kesimpulan pasti. Kemudian, pada 1968, FBI diizinkan menggunakan perangkat elektrik dalam sistem pengawasannya. Selang dua tahun, Kongres mengesahkan sebuah peraturan: bahwa menjadi anggota mafia itu sudah merupakan kejahatan.
Tetapi, mafia memang sudah berkembang menjadi serikat rahasia dengan jaringan yang meruyak ke seluruh lapisan masyarakat. Menurut desas-desus yang tidak pernah bisa dibuktikan -- Direktur FBI J. Edgar Hoover mempunyai kontak bawah tanah khusus dengan asosiasi bajingan itu. Orang lalu mengingat Hoover sebagai tokoh yang selalu menolak untuk mengakui eksistensi sindikat kejahatan Amerika yang terorganisasi. Padahal, bukti-bukti semakin banyak.
Walaupun kapasitasnya memungkinkan, barulah pada 1972 FBI mengubah fokus kegiatannya dari menguber bandit-bandit kampungan menjadi berburu para organisator kejahatan canggih. Lima tahun yang lalu, "perang" itu dimulai secara serius. FBI menyusun strategi yang membuat lembaga ini mampu menyerang kekaisaran mafia terkemuka di segenap penjuru Kota New York -- "keluarga" demi "keluarga". Ketika perang suci ini mulai berkobar itulah, Rudolph Giuliani ditunjuk sebagai Jaksa Federal.
"Sistem ini sebetulnya sangat sederhana," tutur Thomas Sheer, agen khusus pada divisi kriminal FBI. "Tahun lalu, kami menyebarkan 175 agen untuk mengusut dan menembus lima 'keluarga' New York. Sementara itu, polisi New York memperbantukan 25 detektif. Kami juga secara luas menggunakan perkakas elektrik, penyadap telepon, dan informan. Lebih dari sekadar mengusut berbagai kejahatan yang terpisah, kami membentuk satuan-satuan khusus yang dipusatkan menangani kelima 'keluarga' tadi."
Beberapa metode yang digunakan FBI mengingatkan kita pada film-film action buatan Hollywood. Misalnya kisah Joseph Pistone, agen berusia 43 tahun. Selama tidak kurang dari enam tahun, Pistone harus meninggalkan anak-istrinya, menyusup menjadi anggota "keluarga" Mafia Bonanno. Berdasarkan rencana yang diatur secara saksama, ia menggunakan sebuah nama kriminal fiktif, "Donnie Brasco". Tokoh "bayangan" ini digambarkan sebagai pencuri permata, pembongkar, dan penjahat pesanan. Semua perlengkapan identifikasi yang diperlukan untuk mendukung peran ini disiapkan dengan cermat oleh FBI.
Pistone memainkan rolnya demikian meyakinkan, hingga dia menjadi kawan terpercaya Dominick "Sonny Black" Napolitano, capo "keluarga Bonanno. Bahkan, kepada Pistone "Sonny Black" mengaku bahwa ia sedang "membina tiga anak buah", dan Pistone akan dijadikan "anak buah keempat". Artinya, agen FBI itu akan diangkat sebagai anggota aktif.
"Pelantikan"-nya memang ditunda. Tetapi, bukan karena mereka mencurigai dia, melainkan justru karena keempat klik di dalam "keluarga" Bonanno saling memperebutkan Pistone, yang dinilai layak diproyeksikan sebagai tokoh penerus. Tiga capo yang paling mengagumi Pistone ialah Benjamin "Lefty Guns" Ruggiero, Antonio "Boots" Tomasulo, dan Napolitano sendiri. Ketiga tokoh ini terkejut setengah mati ketika mereka tiba-tiba dipanggil ke pengadilan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…