Pak Djon Tak Tampak Lagi

Edisi: 06/16 / Tanggal : 1986-04-05 / Halaman : 61 / Rubrik : SR / Penulis :


TEKNIK melukis tak bisa diajarkan dengan filsafat, dan pandangan pelukis tak bisa dibentuk lewat teori. Hanya den kerja keras, sembari merasakan kehidupan nyata, menjawab persoalan seharii orang belajar menjadi seniman.

Semangat kerja seperti itu, sampai akhir hayatnya, Selasa siang pekan lalu, tetap digenggam oleh S. Sudjojono. Pelukis yang pada tahun 1937 bersama sejumlah pelukis mendirikan Persagi --Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia -- yang dalam sejarah Indonesia dicatat sebagai awal lahirnya seni rupa modern kita.

Maka, kepada masyarakat Indonesia yang bernama Hindia-Belanda, diperkenalkanlah corak baru seni rupa. Bukan semacam lukisan pemandangan gunung dengan pohon-pohon hijau rindang, yang baginya hanya merupakan karya turistis. Tapi seni lukis yang tidak hanya menggambar gubuk yang tenang dan gunung yang kebiru-biruan, melainkan pabrik gula dan si tani yang kurus, mobil si kaya dan pantalon si pemuda. Sebab, inilah realitas kita di Indonesia.

Itulah sebabnya Sudjojono diejek oleh guru melukisnya yang pertama, Pirngadi. Kata guru itu, murid satu ini bila melukis seperti cangkul sawah: serba kasar sapuannya, kotor warna-warnanya. Maka, ia lebih cocok dengan guru keduanya, seorang Jepang,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…