Orang-orang Yang Menikmati Kebebasan

Edisi: 29/23 / Tanggal : 1993-09-18 / Halaman : 51 / Rubrik : SEL / Penulis : LPS


SEKITAR 30 ribu kaum Gypsy berkumpul di Broyes-les-Pesemes, Perancis, 26 sampai 28 Agustus lalu. Acaranya: doa bersama. Berkumpulnya kaum Gypsy itu diprakarsai oleh Gereja Evangelis Tzigane. Itu bisa terlaksana setelah pihak militer Perancis meminjamkan areal seluas 70 hektar sebagai tempat kegiatan maupun untuk parkir puluhan ribu karavan. Bahkan militer juga membangun sarana pendukung seperti kantor pos, rumah sakit, air ledeng, dan pemadam kebakaran.

Menurut Pastor Joseph Charpentier, pimpinan Gereja Evangelis Tzigane, orang Gypsy itu berkumpul untuk berdoa bersama agar memperoleh "hidup" dan "terang". Selain berdoa, juga dilakukan pembaptisan kudus pada orang-orang Gypsy yang selama ini belum beragama. Usai acara doa dan pembaptisan itu, perkampungan darurat itu dibuka untuk umum. "Agar orang lain bisa melihat kami sebagaimana adanya," kata Charpentier. Mereka yang berkumpul itu bukan lagi Gypsy yang berkelana dengan kereta kuda maupun yang masih percaya pada kekuatan arwah nenek moyangnya.

Sementara awal Agustus lalu, di Sibiu, Rumania, berlangsung penobatan Raja Gypsy. Yang dinobatkan adalah Iulian Radulescu. Penobatan itu memang tidak jadi berita besar di dunia internasional. Hanya ada berita setengah kolom di majalah Time, dengan foto Radulescu mengenakan mahkota yang terbuat dari 40 koin emas. "Itu penobatan tidak resmi," kata Ion Buzatu, konsuler di Kedutaan Besar Rumania, Jakarta.

Penobatan berlangsung di luar Katedral Ortodoks setelah pemberkatan perkawinan Radulescu dengan Veroleana, ibu dari empat anak Radulescu. Dan ia, rupanya, bukan satu-satunya Raja Gypsy. Sebelumnya sudah ada Ion Cioaba yang menyatakan diri sebagai Raja dari Semua Gypsy. Tetapi memang semua orang Gypsy bisa saja menjadi Raja Gypsy asalkan ia punya pengikut dan diangkat oleh pengikutnya.

Dalam sejarah kehidupan Gypsy memang tidak pernah ada Raja Gypsy yang diterima oleh semua orang Gypsy. Kongres Internasional Gypsy yang diselenggarakan selama ini, antara lain, di London, Munich, Moskow, Bukarest, Sofia, Rowne, Roma, hanya sekadar membahas nasib orang Gypsy di seluruh dunia. Bukan memilih pemimpin "umat" Gypsy.

Di akhir abad XX ini, nasib orang Gypsy masih belum jelas. Orang tetap menempatkan mereka sebagai masyarakat terbelakang yang hidup nomaden, yang hak-haknya tidak bisa dijamin. Padahal, sejak Perang Dunia II usai, Gypsy di daratan Eropa sudah memperjuangkan adanya suatu pengakuan Gypsy sebagai bangsa minoritas. Pengakuan itu perlu agar mereka tidak mendapat perlakuan sebagai manusia kelas dua lagi, yang bisa dihina seenaknya.

Itu jelas tuntutan yang tidak mudah. Gypsy memang tidak pernah punya wilayah pendudukan karena tradisi nomaden yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh sebagian besar Gypsy. Padahal suatu bangsa jelas perlu diikat oleh suatu batas-batas wilayah. Itu sebabnya mereka mulai maju dengan tuntutan baru yang lebih realistis. Konferensi Internasional Gypsy di Roma tahun 1992 menuntut pengakuan Gypsy sebagai minoritas etnik yang internasional. Artinya, mereka menjadi sebuah bangsa yang tak punya batas-batas wilayah. Jadi, mereka boleh saja tinggal di suatu daerah tanpa terikat pada peraturan di wilayah itu, dan boleh melintas batas negara tanpa aturan imigrasi.

Gagasan itu -- yang terasa aneh untuk masyarakat modern -- rupanya menguap begitu saja, tanpa pernah jadi perhatian dunia internasional. Agaknya, sudah jadi nasib kaum Gypsy untuk tetap dianggap sebagai orang yang memilih hidup sebagai gelandangan karena kemalasannya dan sebab-sebab lain. Bahkan, pada Perang Dunia II, Hitler sempat membasmi Gypsy yang dianggap tak punya hak untuk hidup karena tak punya wilayah. Ia lancarkan program pembersihan Gypsy seperti yang dilakukan pada orang Yahudi. Diperkirakan Nazi berhasil membantai 500.000 orang Gypsy yang berada di Rumania, Hungaria, Polandia, dan Cekoslavakia.

Sayangnya, berbeda dengan orang Yahudi yang segera mendapat simpati dunia internasional, Gypsy justru tetap terpuruk sebagai kelompok masyarakat kelas bawah. Usai Perang Dunia II, hampir semua negara di Eropa mencoba mengusir Gypsy dari wilayah mereka. Namun, karakternya yang berpindah-pindah membuat orang Gypsy selalu datang lagi karena mereka hanya bisa berputar-putar saja dari satu negara ke negara lain di daratan Eropa. Pemerintah di negara Eropa pun tak bisa berkutik dan hanya mampu memberlakukan aturan-aturan khusus bagi orang Gypsy.

Di Perancis, misalnya, orang Gypsy dilarang mendirikan tenda-tenda di sembarang tempat. Di mana pun mereka tinggal untuk sementara waktu, selalu berada di bawah pengawasan polisi. Belakangan, walaupun Gypsy tak mempunyai hak seperti warga negara lainnya, pemerintah Perancis juga mengenakan pajak dan wajib militer bagi orang Gypsy. Beberapa negara di Eropa Timur mencoba melaksanakan program pemukiman Gypsy, tetapi mereka masih dianggap kaum paria yang jadi beban negara saja. Orang Gypsy praktis hanya bisa diterima di Wales dan Spanyol walaupun tetap saja belum bisa berasimilasi secara penuh.

Nasib orang Gypsy di daratan Eropa memang cukup menyedihkan. Dan hancurnya komunisme di Eropa Timur membuat tekanan pada orang Gypsy semakin besar saja. Kesulitan ekonomi di blok Timur membuat Gypsy, sebagai kelompok masyarakat yang paling miskin, jadi kelompok yang paling mudah diserang atau jadi sasaran kemarahan orang. Mereka pun berbondong-bondong menyeberang ke blok Barat, khususnya ke Jerman yang membuka pintu bagi pengungsi.

Tahun 1992 yang lalu, diperkirakan 350.000 pengungsi Gypsy dari Rumania masuk ke Jerman. Padahal Rumania sebenarnya bisa dikategorikan sebagai negara yang paling memperhatikan Gypsy.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…