Paket 6 Mei, Kabar Baik Buat ...
Edisi: 12/16 / Tanggal : 1986-05-17 / Halaman : 74 / Rubrik : EB / Penulis :
LANDASAN sudah dipasang. Bahkan sumber sudah pula disulut. Tinggal lagi mengelola ke mana "roket nonmigas" hendak diorbitkan ingat, minyak dan gas sudah lama melenceng dari orbit. Pengelola, tampaknya, sudah duduk di roket yang aman.
Produsen makanan kaleng, misalnya, kini tak perlu risau menghadapi tingginya harga kaleng kemasan. Kalau harga lokal bahan penolong dianggap mahal, terbuka kesempatan bagi mereka mengimpor kemasan dari sumber lain, tanpa bayar bea masuk. Terobosan baru di bidang tata niaga untuk menggalakkan ekspor industri manufaktur itu, tentu, menyenangkan eksportir makanan kaleng macam Grup Mantrust. "Kebijaksanaan itu akan banyak menolong kami," kata Tegoeh Soetantyo, Presiden Direktur Mantrust.
Memang sebagian besar produsen eksportir, yang belakangan ini terpaksa menelan bahan baku dan penolong lokal dengan harga mahal, bakal terangkat. Iklim perdagangan luar negeri dan penanaman modal memang seperti mendapat ruang gerak baru ketika, pekan lalu, 19 surat keputusan sekaligus diumumkan Menko Ekuin Ali Wardhana. Siapa sangka, Paket 6 Mei yang diturunkan berbarengan dengan ulang tahun ke-58 Menko Ekuin itu bakal menggusur ketentuan pembatasan impor bahan baku misalnya.
Pengendalian impor, konon, harus dilakukan untuk melindungi kelangsungan hidup industri lokal yang sudah bisa menghasilkan bahan baku sejenis. Tapi kesempatan memperoleh devisa jadi menciut gara-gara harga barang ekspor jatuhnya kemudian lebih mahal. Tarik tambang antara dua kepentingan itu memang cukup seru. Akhirnya usaha mendapatkan devisa, jika tidak ingin pembangunan jadi macet, harus didahulukan. "Kalau kita tidak mengambil tindakan apa-apa, kita tidak hanya ketinggalan, tapi juga akan kalah bersaing," kata Menko Ali Wardhana.
Ambil contoh mengenai usaha pabrikan lokal mengekspor bir kalengan. Produsen bir macam Multi Bintang, akhir tahun lalu terpaksa menaikkan harga jual bir kalengannya gara-gara harga kemasan lokal naik dari Rp 133 jadi Rp 170. Harga kaleng lokal memang harus naik karena pabrik pengolahnya terpaksa membeli pelat timah lokal dengan harga mahal. Bintang jadi sulit bersaing di pasar ekspor. Usaha menekan harga pokok, dengan membeli kemasan Rp 75 dari Singapura, tak bisa dilakukan, karena impornya tertutup.
Situasi seperti itu kelak tidak akan ada lagi. Pelbagai bahan baku dan penolong impor untuk menghasilkan barang ekspor bisa dimasukkan tanpa dipungut bea masuk. Bahkan barang, bahan, dan peralatan konstruksi eks impor, yang digunakan kontraktor lokal untuk pembangunan proyek pemerintah dengan pembiayaan bantuan dan pinjaman luar negeri, dijanjikan mendapat pengembalian bea masuk. "Supaya kontraktor kita bisa lebih bersaing dalam memenangkan tender internasional," kata Menteri Perdagangan Rachmat Saleh.
Daya saing memang akan kuat kalau produsen bisa memperoleh bahan baku dan penolong dengan harga murah. Dan harga murah itu, untuk sementara ini, hanya ada di pasar internasional. Produsen karenanya lebih suka membeli bahan impor. Kalau kecenderungan itu tidak direm, devisa pemerintah jelas akan banyak terpakai sementara industri lokal yang menghasilkan bahan baku akan tersodok. Jalan tengah kemudian diambil: impor bahan baku dan penolong tanpa bea masuk diperbolehkan sepanjang untuk menghasilkan barang ekspor.
Tapi kalau dagangannya akan dipasarkan di dalam negeri, produsen wajib menggunakan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…