Kapitalis Dari Gang Ribald

Edisi: 24/16 / Tanggal : 1986-08-09 / Halaman : 88 / Rubrik : KL / Penulis : KWIK KIAN GIE


TIDAK mudah mengomentari kolom Arief Budiman yang berjudul, Kapitalisme yang Masih Malu-Malu. Bukan materinya yang sulit, tetapi menemukan garis merah pola dan sistematik berpikirnya. Saya kira kita harus mengkaji kembali strategi pembangunan kita secara radikal, sebelum terlambat. Setuju tidak dengan kapitalisme? Atau, kita memang sudah terlambat?" Kita menjadi bingung, apa maunya Arief sebenarnya?

Inti pemikiran Arief dalam kasus pasar swalayan:

* Dalam bidang usaha yang sama, pemilik modal besar pasti akan menang dan menggilas pemilik modal kecil, karena pemilik modal besar bisa menyewa pegawai-pegawai yang profesional, lebih efisien, dan pelayanannya kepada konsumen lebik baik.
* Ditinjau dari sudut pertumbuhan ekonomi dan efisiensi, memenangkan pemilik modal besar menguntungkan, karena rakyat di sekitarnya, yang merupakan masyarakat konsumen, dibuat senang lantaran bisa membeli barang dengan harga murah, pelayanan yang efisien, dan ruang toko yang serba luas, sistematika penempatan barangnya gamblang dan menarik dan asortimennya lengkap pula.
* Ditinjau dari sudut pemerataan, yang memperoleh pendapatan dari usaha eceran makanan dan kelontong terkonsentrasi pada beberapa pemilik modal besar saja. Ini tidak adil, dan pada saatnya akan meledakkan gejolak sosial.
* Kalau pemilik modal kecil yang dimenangkan pemerintah, apalagi yang menjual sayuran dan daging dengan pikulan dan sepeda, pendapatan yang diperoleh dari berjualan makanan dan kelontong akan merata pada banyak pedagang kecil. Karena itu, kemungkinan terjadinya gejolak sosial menjadi minimal. Tetapi, rakyat di sekitarnya, yang menjadi konsumen, hanya bisa ngiler melihat pasar swalayan di luar negeri. Sudah sengsara, karena membelinya sambil jongkok di emperan rumah, harganya pun mahal pula.
* Dalam menghadapi dilema-dilema ini, pemerintah cenderung bingung, sambil dari waktu ke waktu secara refleks (tergantung dari mana datangnya jeritan) bertinju ke kiri dan ke kanan, sehingga sistem ekonomi kita lalu menjadi sistem ekonomi kaget-kagetan.

Arief mempunyai persepsi yang berbeda dengan saya mengenai peri laku kapitalis dan peri laku bisnis. Pertama, dalam kehidupan bisnis masalahnya tidak tajam hitam dan putih. Maka, tidak selalu pemilik modal besar mesti menang. Pemilik modal besar memang kuat menyewa tenaga-tenaga yang terampil dan profesional, tetapi apakah mereka selalu mesti bisa mendapatkannya, bisa menilainya, dan pasti bisa menegakkan kepemimpinannya, bisa memelihara seluruh karyawan sebagai tim yang kompak? Ini masalah lain lagi.

Dalam praktek, banyak kita lihat kapitalis-kapitalis baru, terutama anak-anak yang baru kembali dari studi di luar negeri, sangat ngawur. Mereka belum apa-apa sudah gemerlapan, mempunyai staf yang besar, naik mobil mahal lengkap dengan telepon di dalamnya, dan interior…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…