Seorang Putri Di Sarang Mafia

Edisi: 30/16 / Tanggal : 1986-09-20 / Halaman : 47 / Rubrik : SEL / Penulis :


ILLINOIS, Chicago 19 Juni 1975. Di sebuah rumah mewah, yang pagar halamannya hanya berupa tanaman hidup dipotong pendek, seorang bos dibunuh. Sam Mooney Giancana, 67, dihabisi dengan tujuh peluru yang ditembakkan dari senjata otomatis kaliber 22 yang dilengkapi peredam suara, di dapur ruang bawah ketika ia sedang menyiapkan makanan sebelum tidur. Satu peluru menembus belakang kepala, satu mulut, dan lima peluru menghantam leher persis di bawah dagu.

Dia bos mafia wilayah Chicago dari 1956 hingga akhir 1960-an, sebelum dikejar-kejar FBI dan terpaksa mengucilkan diri ke Meksiko. Dialah "pewaris" tahta kejahatan di Chicago dari Al Capone, yang sanggup menandingi nama besar mahagangster itu. Giancana-lah tokoh mafia yang terlibat dalam Peristiwa Teluk Babi, April 1961, sebuah usaha percobaan pembunuhan terhadap presiden Kuba Fidel Castro, atas pesanan CIA. Mafioso ini pula salah seorang yang punya andil ketika John F. Kennedy berkampanye untuk pemilihan presiden AS dan menang.

Sebagaimana lazimnya para mafiosi yang lain, sedapat mungkin mereka menyembunyikan profesi sebenarnya dari keluarganya, terutama anak-anak perempuan mereka. Dan begitulah Sam Giancana. Yang kemudian menyimpang dari tradisi mafia, seorang putrinya, Antoinette Giancana, kemudian tahu dan menulis sebuah buku tentang sukaduka menjadi anak bos mafia. Umpamanya, ternyata ayahnya lebih tahu secara detail riwayat pacarnya daripada dia sendiri. Dan akibatnya lebih banyak tak enaknya.

* * *

Kalau saja Antoinette Giancana lahir sebagai anak laki-laki, putri sulung tiga bersaudari keluarga Giancana itu pernah menyatakan ingin meneruskan jejak ayahnya sebagai bos mafia. Tetapi karena dilahirkan sebagai perempuan, ia harus menerima nasib seperti yang didiktekan ayahnya. Dari masa kanak-kanak hingga remaja ia hampir tidak tahu-menahu kegiatan kriminal ayahnya, walaupun menerima perlindungan sepenuhnya dari "keluarga" mafia. Padahal, sang ayah diperkirakan bertanggung jawab terhadap tewasnya puluhan, mungkin ratusan, manusia.

Barangkali terasa ganjil bahwa sejak Antoinette dilahirkan sampai ayahnya tewas oleh pembunuh gelap, seluk-beluk dunia mafia tetap merupakan rahasia baginya. Ketika ia masih di bawah umur lima tahun, ayahnya mendekam di penjara federal di Indiana. Bertahun-tahun ia dipaksa tinggal di asrama sekolah Katolik di Chicago dan Indianapolis, dunia di balik tembok yang asing dengan tindak-tanduk kejahatan ayahnya. Dengan cara itu, bapaknya seperti ingin berbuat "luhur": mempersiapkan sang putri bagi pergaulan masyarakat kelas tinggi di kemudian hari.

Ketika ayahnya berhasil meningkatkan dirinya dari penjahat jalanan menjadi kepala gang gedongan, masyarakat jet-set terhidang dengan gampang di hadapan Antoinette. Ia berkenalan dan bergaul dengan bintang-bintang film top masa itu: Frank Sinatra, Jimmy Durante, Jerry Lewis, Tony Martin, dan sejumlah bintang Hollywood lainnya. Ia memang mendapat curahan kekayaan dan kemewahan, tetapi miskin satu hal yang paling didambakan semua anak perempuan: kasih sayang dari sang ayah.

Para penegak hukum memperkirakan, Sam Giancana meninggalkan kekayaan sekitar US$ 25 juta, tersimpan dalam rekening rahasia atau bentuk lainnya. Tetapi hampir tidak ada yang jatuh ke tangan Antoinette, anak tertuanya. Ia tinggal di losmen murahan, dengan makanan dan pakaian catuan. Ia pernah mencoba bunuh diri karena ditinggalkan oleh keluarganya, bahkan oleh anak laki-lakinya. Ia sempat menjadi sasaran penipuan, dan upayanya membuka restoran di Schiller Park, Illinois, dicobagagalkan.

Namun, Antoinette, seperti hendak menebus dosa-dosa ayahnya. Ia tetap berupaya membantu orang-orang yang lebih malang daripada dirinya. Ia pernah merawat sejumlah orang yang sekarat karena menderita kanker di apartemennya yang kecil, juga di sebuah rumah sakit. Ia pun berhasil membujuk orang-orang putus asa yang berniat bunuh diri. Seminggu dalam setiap tahun, yakni sebelum Natal, Antoinette bekerja sebagai sukarelawati YULE, sebuah organisasi sosial yang aktif membantu orang-orang miskin, para jompo, atau orang yang kesepian pada musim Natal. Organisasi inilah yang membantunya ketika ia dirundung kecewa dan putus asa.

Mafia Princess, buku terbitan Corgi Books, 1985, yang ditulis sendiri oleh Antoinette Giancana, mengungkapkan hampir seluruh perjalanan hidupnya. Menurut Thomas C. Renner -- penulis peserta buku ini -- Mafia Princess, sebuah buku yang datang dari dunia mafia, belum ada duanya di dunia. Maksudnya, belum ada seorang putra atau putri mafia pun yang mau, atau berani, menulis tentang diri dan keluarganya, selain Antoinette, anak sulung seorang raja kejahatan di Chicago -- wilayah angker di AS di samping New York.

* * *

"Ayahku bukanlah orang berpendidikan. Ia hanya sempat menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun sebelum ia turun menggelandang di jalan-jalan Chicago. Tapi untuk pelajaran matematika sederhana, otaknya cukup cemerlang. Ia mampu mengingat angka-angka, menambah, mengurang, mengali di luar kepala, hampir seperti komputer. Tekan tombol yang tepat, lalu keluarlah angka-angka yang tepat. Untuk berbagai kejahatan yang dilakukannya di jalan-jalan, ia sungguh pintar menghilangkan jejak. Kecerdikannya yang kian berkembang pada gilirannya meningkatkan pengaruhnya di kalangan dunia hitam. Belakangan, upaya menghilangkan jejak itu menjurus ke bentuk-bentuk yang mendirikan bulu roma. Bahkan seorang sahabat dekat harus siap dibantai, demi keselamatan kelompok. Nasib ini harus dialami, misalnya, oleh Leonard Caifano, seorang teman yang paling dekat baik denganku maupun ayahku.

"Ayah memang berasal dari keluarga yang papa sengsara, seperti kebanyakan anak kaum imigran Italia. Kakekku, ayah dari Ayah, Antonio Giancana, datang ke Amerika dari Castelvetrano, Sisilia, pada 1905, ketika arus imigran mencapai puncaknya. Kakek sangat miskin. Dari golongan seperti Kakeklah berasal para penjaja buah, sayur, ikan, daging, tepung, telur, dan semacamnya. Mereka harus bertarung mati-matian di jalan-jalan Chicago yang kotor dan berdebu, untuk dapat menghasilkan sekadar bekal kehidupan bagi keluarga mereka yang menetap di perkampungan yang kumuh dan menjadi sumber penyakit. Di lingkungan yang sama pula Ayah menghimpunkan kelompok bandit yang dikenal dengan nama "42" yang dipimpinnya."

Antoinette ingat akan cerita bibi-bibinya bahwa Sam adalah anak yang tidak pernah berbuat salah di mata kakek Antonio. Tidak peduli berapa kali anak kesayangannya itu berbuat salah, ia tetap benar di mata sang ayah. Bila polisi mengabari bahwa Sam ditahan dan diperlukan uang jaminan dan seorang pengacara untuk membebaskannya Kakek Antonio lalu berkata, "Mooney-ku .... Ia tidak boleh ditahan lebih lama. Ia anak baik. Aku akan mengeluarkannya." Bagi Kakek Antoinette di rumah boleh tidak ada roti, tetapi Sam harus dikeluarkan dari kerangkeng, dengan uang hasil utangan sekalipun.

"Penahanan paling gawat di tahun-tahun awal itu terjadi pada 17 September 1926, ketika Ayah dituduh terlibat pembunuhan. Tuduhan itu muncul karena Ayah mendalangi beberapa anggota kelompok '42' dalam kasus perampokan terhadap seorang tukang cukur setengah baya bernama William Girard. Teman-teman Sam menembak Girard karena ia melawan, dan Sam kabur dengan mobil sebelum teman-temannya melarikan diri, tetapi sempat terlihat oleh beberapa sopir taksi. Girard meninggal keesokan harinya, dan Sam bersama teman-temannya ditangkap. Akan halnya Kakek, dengan bersusah payah mengumpulkan uang untuk membebaskan putranya ...."

* * *

Desember 1939 adalah musim Natal yang murung bagi Antoinette. Waktu itu ia masih berusia 4 tahun. Beberapa waktu sebelumnya, ketika menonton pertunjukan meluncur di es yang dibintangi Sonja Henie, ayahnya menjanjikan akan memberikan sepasang sepatu luncur es sebagai hadiah Natal. Tapi, siapa tahu, ternyata ayahnya masuk "kuliah" di penjara Terre Haute, Indiana. Bahkan kehadiran ayah pada hari besar umat Nasrani juga menjadi harapan yang sia-sia - tanpa diketahui alasan sebenarnya oleh si kecil Toni, panggilan Antoinette sehari-hari.

"Ibu mengatakan jangan berharap banyak dari Sinterklas. Tapi sungguh sukar dipahami oleh seorang anak kecil, mengapa pada tahun lalu Sinterklas dapat menghadiahkan piano dan boneka-boneka serta pakaian gemerlapan, dan pohon Natal tinggi yang kemerlap-kemerlip, tapi pada tahun berikutnya tak mampu memberikan hadiah apa pun.

"Pada suatu malam aku berlutut di dekat ranjangku dan memohon kepada Tuhan agar memperbolehkan Sinterklas menghadiahiku sepatu luncur es, sehingga dapat belajar main ski es sepintar Sonja Henie dan dapat kubanggakan kepada Ayah bila ia pulang nanti. Aku malah sampai mengiba-iba kepada Ibu agar ia turut berusaha menghadirkan Sinterklas pada waktunya.

Ibu tersenyum memelas. 'Mungkin tahun depan,' katanya lembut.

"Sekitar seminggu sebelum Natal, Fat Leonard sahabat Ayah, mampir ke rumah membawa sebuah amplop dan meyakinkan Ibu bahwa segalanya baik-baik saja. Aku kembali merengekkan sepatu luncur es, di depan si Gemuk Leonard. Tapi Momma berkata bahwa mungkin Sinterklas tidak akan datang dan tidak ada yang dapat menghubunginya selama Ayah tidak di rumah.

"Aku menatap Fat Leonard, yang cuma tersenyum. Bagaimanapun Leonard Caifano, ini nama dia yang sebenarnya, sahabat ayah ini, adalah seorang om yang gemuk dan lucu dan baik hati.

"Menjelang senja, aku mendengar suara 'Ho, ho, ho', dan melihat seorang laki-laki gemuk dengan jubah merah dan janggut putih masuk ke ruang keluarga. Ia meninggalkan beberapa hadiah yang dibungkus rapi di bawah pohon Natal. Ia pergi secepat ia datang sebelum aku berani meninggalkan kamar tidurku.

"Setelah ia pergi, aku memburu ke kamar keluarga dan ketika Ibu menatapku denan senyum, aku memekik ria, 'Lihat, Momma, tengok ..;…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…