Seorang Muda Biasa, Seorang ...
Edisi: 46/15 / Tanggal : 1986-01-11 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
DI India, sejak beberapa tahun yang lalu, kisah perjuangan Mahatma Gandhi sudah tergulung, tersimpan rapi di perpustakaan. Riwayat itu sudah tak dikutak-katik lagi, sudah menjadi bagian dari folklor tertulis. Negeri dengan jumlah penduduk 740 juta jiwa ini sudah dan tengah berubah.
Tiga puluh lima tahun lalu, pertanian menjadi pendukung 100% produksi nasional - nyaris tidak ada infrastruktur industri. Tapi hari-hari ini India sudah memiliki kemampuan cukup piawai dalam bidang teknologi, rekayasa, dan manajemen. "Sungguh bodoh kalau kami tidak mendayagunakan semua itu," kata Perdana Menteri Rajiv Gandhi. Seiring dengan ini, bidang pertanian juga tetap mendapatkan perhatian. "Sejak kemerdekaan, hasil pertanian telah meningkat tiga kali lipat. Dan banyak di antaranya usaha swasta."
Tapi keberhasilan itu telah menjadi (salah satu) penyebab kesenjangan kaya miskin; bukan begitu, Tuan Rajiv? "Ya dan tidak," jawabnya. "Bahwa warga kami tetap banyak yang tergencet kemelaratan, tentu tidak salah. Tapi secara umum, banyak pula yang meningkat menjadi sedikit kaya. Saya rasa orang kaya-raya seperti para maharaja dan bangsawan sudah tidak ada. Orang kaya di negeri ini orang kaya baru. Dan mereka itulah kelas menengah yang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, jumlahnya cukup banyak. Jangan lupa, kelas seperti itu tidak pernah lahir di India selama 30 tahun ke belakang. "
Rajiv Gandhi, sang perdana menteri, sungguh punya data yang, katanya sendiri, "Sulit dipercaya." Ini: Dari 1980 sampai 1984 pemerintah telah berhasll mengurangi persentase jumlah warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan, dari sekitar 51 ke 37,5 persen. Dan sekarang, menurut catatan terakhir yang-kemudian dikutip lan Jack untuk majalah Sunday Times Oktober lalu, jumlah itu turun sampai 14%. Dan ini 14% dari 740 juta-- bukan dari hasil sensus 1980 yang 680 juta. "Itu yang telah kami lakukan dalam waktu empat tahun," Rajiv berkata.
Sebuah kisah keberhasilan yang menakjubkan, dan orang tidak banyak ribut. Kebangkitan kelas menengah di India telah tidak tersimak oleh dunia luar. Padahal, jika melihat gambaran kemampuannya mengkonsumsi barang saja, orang bisa terkesima.
Pada 1980, sepeda motor dan skuter yang dibuat negeri ini, dan laku terjual di pasaran sendiri, berjumlah 250 ribu. Ini, tahun silam, sudah menjadi 1 juta - empat kali lipatnya dalam lima tahun. Mobil yang diproduksi pada 1980 berjumlah 35 ribu, tahun lalu 100 ribu. Pesawat televisi pada 1975 laku 100 ribu, tahun barusan 2,5 juta.
Mengenai pasar modal, pada 1980 jumlahnya 1 milyar rupee atau 66 juta poundsterling, terdiri dari saham langsung dan surat utang. Jumlah itu tahun ini menjadi 25 milyar rupee atau 1.650 juta pound.
Gambaran itu telah memberi arti baru bagi development, pembangunan. Seorang penasihat ekonomi Rajiv kemudian bilang, "Selama 30 tahun kami telah memberikan pengertian baru, apa itu pembangunan yang lebih dari sekadar pengembangan kemampuan belanja rakyat." Sang ekonom yang tidak mau disebutkan namanya ini lulusan Doon School (pusat pendidikan para menak) di India dan kemudian melanjutkan ke Cambridge, Inggris.
Yang lantas menjadi pertanyaan: sejauh mana kemakmuran dan kehidupan gemah-ripah itu menetes dari sekelompok kecil urban yang berhasil itu ke khalayak yang lebih luas. Banyak ekonom India, terutama dari golongan kiri, mempertanyakan optimisme yang digambarkan lewat data penurunan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebab, kata mereka, jumlah mutlak kaum miskin telah menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Bahwa jaringan yang kaya menjadi lebih kaya, sementara golongan melarat makin menjadi-jadi, bisa dibuktikan lewat statistik.
Ada pembelaan, memang, dari kelompok moderat, yang menyatakan bahwa gambaran seperti itu tidak selamanya benar. Kata kelompok ini, memang sebagian yang miskin makin melarat, sebagiannya lagi tetap begitu, dan selebihnya telah - tak bisa dipungkiri - menjadi kaya. Di negeri dengan penduduk besar dan persoalan kompleks semacam India, dengan tambahan warga baru per tahun mencapai 15 juta jiwa, statistik tidak selalu bisa dipercaya, sekalipun sudah ada komputerisasi.
Komputerisasi adalah bagian dari teknologi baru yang dengan bersemangat diimpor pemerintahan Rajiv. Dan teknologi baru (yang biasanya tidak padat karya) ini perlu dipertanyakan keabsahannya, mengingat India adalah gudang manusia dan harga tenaga kerja juga murah. Contoh soal adalah yang menyangkut komputerisasi jalur angkutan kereta api, yang tentu saja bakal ditebus dengan kerumitan politis jika harus menyingkirkan 5.000 karyawan.
Rajiv tidak memungkiri kesulitan itu, tetapi juga menjelaskan duduk perkaranya. Satu hal, begitu banyak bujang dipekerjakan di sektor perusahaan negara, yang, katanya, "Tak mungkin mem-PHK-kan mereka." Hal lain, selama ini sistem lama telah demikian tidak efisiennya. "Biayanya banyak, tapi kualitasnya tidak setingkat dengan jika dibanding sistem baru. Pokoknya, perkeretaapian memang merugi. Ini berarti ratusan crorer (satu crore sama dengan 10 juta rupee) harus diambil dari program antikemiskinan, atau dari rencana waduk, atau dari stasiun pembangkit tenaga. Artinya, jatah program lain, yang menguntungkan golongan miskin, juga terpotong."
Sebuah argumen bergaya senada dengan gaya Margaret Thatcher. Kenyataannya, dilihat dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…