Yang Miring Yang Jaya Karena Minyak

Edisi: 11/16 / Tanggal : 1986-05-10 / Halaman : 41 / Rubrik : SEL / Penulis :


PENGUSAHA minyak, kata orang, bagaikan kucing. Jangan dipantau dari "ngeong"-nya, sebab tak jelas apakah si kucing lagi bercinta atau berkelahi. Maka, Anda perlu hati-hati, umpamanya, membaca berita di akhir April ini. Exxon, perusahaan minyak terbesar di dunia, sedang merencanakan mengurangi 25% atau 36.000 orang karyawannya yang tersebar luas di cabang-cabang perusahaan di seluruh dunia. Adakah Exxon, yang batu fondasinya diletakkan oleh John D. Rockefeller pada 1870-an, terguncang juga oleh anjloknya harga minyak yang kini menjadi antara US$ 10 dan US$ 12 per barel?

Yang jelas, hingga tahun lalu Exxon - menurut majalah Fortune yang sejak 32 tahun lalu menyusun peringkat 500 perusahaan besar di Amerika Serikat masih salah satu dari dua perusahaan yang menduduki peringkat teratas. Ia dan General Motor (GM) dari tahun ke tahun berebut menjadi juara atau runner up. Pada 1954, ketika peringkat 500 perusahaan itu mulai dibikin oleh Fortune, GM nomor satu, dan Exxon nomor dua. Dua puluh tahun kemudian, ketika boom minyak, 1974, Exxon menggeser GM. Di tahun-tahun berikutnya dua perusahaan raksasa itu silih berganti menduduki tempat pertama. Tahun lalu, disebutkan dalam Fortune nomor akhir April lalu, Exxon kembali menjadi nomor dua.

Dan inilah cerita tentang tujuh perusahaan minyak yang dikenal dengan nama The Seven Sisters. Perusahaan minyak, hingga menjelang akhir abad ke-20 kini, memang tetap unik, berbeda dengan jenis perusahaan lain. Sejarah tujuh perusahaan itu, misalnya, yang diceritakan dalam sebuah buku terbitan Bantam Book 1976, The Seven Sisters, seperti tak mengikuti hukum ekonomi biasanya. Walau harga minyak sedang menukik, tetap saja produksi minyak melimpah. Dan mengapa ini terjadi, tak sepenuhnya terungkapkan oleh Anthony Sampson, penulis buku itu .

Ada yang mengatakan karena orang tak bisa berpisah dengan minyak, sementara bahan baku energi yang lain yang sama murahnya belum ditemukan. Tapi alasan itu masih bisa diperdebatkan, umpamanya mengapa bahan pokok makan - yang tentunya juga menjadi kebutuhan vital manusia nasibnya tak seperti minyak. Yang jelas, dari tujuh perusahaan minyak raksasa yang disebut The Seven Sisters itu, setidaknya 5 masih termasuk 15 perusahaan terbesar kini.

Sebutan itu sendiri, yang melekat hingga kini, pertama kali muncul sekitar 1913. Nama "Tujuh Dara Bersaudara" itu berasal dari mitologi Yunani, yakni tujuh dara anak Dewa Atlas yang kemudian dijadikan tujuh bintang penguasa langit. Yang kemudian terasa kurang tepat buat sebutan tujuh raksasa minyak, sebenarnya mereka tak sepenuhnya bersaudara. Hanya tiga perusahaan yang benar-benar lahir dari satu orang (John D. Rockefeller) yakni Exxon, Mobil, dan Chevron atau disebut juga Socal. Sisanya justru merupakan saingan sepanjang zaman.

Memang, peta perminyakan dunia tak lagi sebagaimana di tahun 1950-an ketika Tujuh Dara Bersaudara masih berjaya semuanya. Muncul kemudian perusahaan-perusahaan minyak baru yang berkembang menyaingi mereka, antara lain yang didirikan oleh Jean Paul Getty, milyuner setangguh Rockefeller, kemudian. Toh, buku Sampson ini tetap menyimpan sejarah bagaimana pernah suatu ketika dunia minyak hanya dikuasai oleh si Tujuh itu. Dan Sampson, veteran angkatan laut Inggris dari Perang Dunia II, wartawan The Observer selama 12 tahun, menuliskannya secara menarik. Bukan terutama dari kaca mata seorang ahli ekonomi atau spesialis minyak. Tapi, sebuah kisah yang penuh warna.

* * *

Kisah Tujuh Dara Bersaudara tergolong cerita paling aneh di dunia. Dalam sejarahnya tujuh perusahaan minyak dunia itu mampu mendominasi beragam industri raksasa lainnya. Bahkan tak jarang pemerintah Barat mendelegasikan banyak fungsi diplomatik kepada mereka. Dalam pada itu, pelan-pelan kontrol minyak mereka secara bertahap disaingi oleh negeri-negeri penghasil minyak itu sendiri sampai, tiba-tiba, Oktober 1973 - tiga belas tahun setelah organisasi negara eksportir minyak, OPEC, berdiri - dikuasai oleh negeri-negeri produsen itu. Sejak itu pula, dan kemudian, tujuh raksasa perdagangan minyak dunia itu bagai terperangkap pada tari jerat politik, tergamang-gamang antara memenuhi permintaan konsumen Baratnya dan memelihara kerja sama dengan para produsen minyak. Terkagok-kagok bagaimana mereka harus menempatkan diri antara kepentingan Israel dan negara-negara Arab penghasil minyak yang ingin saling menghancurkan.

Pada mulanya adalah "Colonel" Edwin Drake (1819-1880), seorang kondektur pada sebuah perusahaan kereta api di Pennsylvania. Orang ini tertarik mempelajari cara mengebor minyak. Dan kemudian ia memang berhasil menggali sumur minyak pertama di Titusville, Pennsylvania, AS, pada 1858. Teknik Drake terhitung modern waktu itu, hingga boleh disebut inilah awal industri minyak di Amerika. Kemudian pemburuan minyak meningkat selepas Perang Saudara, 1861-1865. Mereka, para pemburu emas hitam, kebanyakan kaum veteran perang. Mula-mula sempat membikin mereka segera menjadi orang kaya baru, sehingga buruan awal - batu bara dan emas - pada ditinggalkan. Daerah barat daya Pennsylvania jadi "boom" minyak. Tapi nasib memang tak terduga. Ketika minyak melimpah mengikuti hukum ekonomi - harganya pun anjlok. Kehidupan para penambang minyak pun langsung papa sengsara. Bayangkan, jika setahun setelah penemuan minyak harga mencapai US$ 20 satu barel, pada akhir tahun berikutnya harga jatuh begitu jauhnya: menjadi 10 sen dolar per barel. "Kadang-kadang satu barel minyak lebih murah dari harga satu barel air," tulis Sampson yang berkebangsaan Inggris. Dan si pionir, Edwin Drake, tak terkecuali: ia pun bangkrut - tak sepenuhnya oleh harga minyak, tapi juga karena hobi judinya.

Lalu datanglah seorang bekas pemegang buku ke ladang-ladang minyak yang nyaris terbengkalai. Namanya John D. Rockefeller, 26 tahun usianya saat itu. Ia membeli sebuah kilang penyulingan minyak di Cleveland. Suatu keberanian yang berangkat dari kemampuan memahami kenyataan muskil industri baru tersebut. Lewat analisanya yang dingin, calon raja minyak kaya raya itu seperti mampu membedah masa depan. Kecepatan berhitungnya konon "bisa menggungguli Yahudi". Ia memang terdidik berdisiplin tinggi: di masa kecil bila John menyalahi aturan, ibunya akan mengikatnya di sebuah tiang, lalu melecutinya.

Ketika menyurvei kawasan minyak, John terpana akan keadaan yang porak-peranda. Ia mencela sikap persahabatan yang tak kenal batas antara para produsen minyak. Sikap terlalu ramah dan banyak bicara juga dikecamnya. Ia memang pendiam dan seperti tercermin dari matanya yang kecil, tulang pipinya yang menonjol, dan wajahnya yang panjang - suka memendam perasaan. Kepada orang-orang muda, John acap menyitir serangkum kuatrain ini:

Seekor burung hantu tua bijaksana termenung di pohon ek Lebih banyak ia melihat lebih kurang ia bicara Lebih kurang ia bicara lebih banyak ia mendengar Mengapa kita tidak meniru si burung tua?

Kuatrain yang konon dikarangnya sendiri itu menjadi falsafah hidup dan kegiatan usahanya.

Di Cleveland, Rockefeller berkongsi dalam usaha penyulingan minyak dengan dua orang Inggris, Clark bersaudara. Tapi, segera, dua bersaudara itu didepaknya keluar. Ia dengan berani memperluas usahanya: dengan modal pinjaman, dan dengan partner baru. Ia sadar bahwa cara satu-satunya untuk menguasai industri baru itu bukan dengan memproduksi minyak. Tapi, dengan menyuling dan menyalurkannya. Dan cara memenangkan persaingan adalah dengan mengupayakan transpor yang lebih murah. Dengan bantuan seorang sahabat barunya dari perusahaan kereta api, Henry Flagher, John mengajuk agar memberi rabat diam-diam kepada pengangkutan minyaknya. Apakah Rockefeller yang menghancurkan persaingan bebas ataukah pihak kereta api? Baru belakangan, cara yang diambilnya itu dikomentari. "Siapa yang dapat membeli daging paling murah? Ibu-ibu untuk anak dan suaminya, pelayan untuk hotelnya,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…