Teror Brigade Anti Imperialis Di...
Edisi: 13/16 / Tanggal : 1986-05-24 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
TEROR kembali mengguncang Jakarta. Tiga peristiwa meletus di tiga lokasi, dan dalam jarak waktu yang hampir beruntun. Dan, sasaran peledakan pada Rabu siang pekan lalu itu juga agak lain dibandingkan peledakan yang pernah terjadi sebelumnya.
Kali ini, yang jadi sasaran adalah gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat, yang terletak di Jalan Merdeka Selatan; Kedubes Jepang, di Jalan Thamrin; dan Wisma Metropolitan I, di Jalan Sudirman. Bangunan yang disebut terakhir ini adalah pusat perkantoran yang dimiliki secara patungan oleh tujuh perusahaan - dua perusahaan dari Hong Kong, dua dari Singapura, dan tiga perusahaan dari Jakarta, yang di antaranya, Bogasari Mill milik Liem Sioe Liong. Di Wisma Metropolitan I juga berkantor Kedubes Kanada.
Mengapa yang jadi sasaran gedung perwakilan asing? Pertanda terorisme internasional mau mencoba menyentuh Indonesia? Sulit dijawab.
Tetapi sembilan jam setelah roket yang dialamatkan ke Kedubes Jepang di Jakarta meledak, Kantor Berita Kyodo menerima telepon internasional. Lima menit kemudian, panggilan telepon serupa diterima pula oleh harian terkemuka Yomiuri. Penelepon gelap itu menyebut dirinya anggota Brigade Anti-Imperialis. Dalam bahasa Inggris yang lancar, seperti dilaporkan wartawan TEMPO di Tokyo Seiichi Okawa, Brigade ini mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas teror di Jakarta. "Kamilah yang menyerang Kedutaan Besar Kanada, Kedubes AS, Kedubes Jepang, serta perusahaan multinasional dengan bom dan roket," kata penelepon itu. "Serangan-serangan ini merupakan jawaban terhadap KTT Tokyo yang diselenggarakan minggu lalu."
Seperti diketahui, KTT tujuh negara industri terkemuka, yang berlangsung 4-6 Mei, dengan tegas mengecam terorisme internasional. Bahkan, masalah ini merupakan keputusan pertama Deklarasi Tokyo itu. Berbeda dengan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan tahun-tahun silam, inilah deklarasi yang tergolong sangat kongkret. Deklarasi Tokyo, misalnya, tegas-tegas menyebut Libya sebagai satu-satunya negara sebagai teror.
Selain itu, secara rinci, ketujuh negara bersepakat pula memojokkan Libya. Caranya, antara lain, menghentikan penjualan senjata kepada Libya, menciutkan ruang gerak diplomatnya, kalau perlu menutup perwakilannya. Juga mempermudah ekstradisi, serta kemungkinan mengadili teroris yang tertangkap.
Mengapa ketujuh negara industri itu sepakat mengutuk teror? Soalnya, KTT itu sendiri dibuka dengan ancaman teror. Lima buah roket terbang melintasi atap Istana Akasaka, tempat tamu negara menginap, ketika upacara penyambutan Presiden Prancis Francois Mitterrand hampir berakhir. Untung, tak ada korban.
Benarkah ada hubungan aksi pada KTT Tokyo dengan teror di tiga gedung kedutaan negara industri itu di Jakarta? Pangab Jenderal Benny Moerdani tak menutup kemungkinan itu. Seusai melapor pada Presiden Soeharto, sehari setelah peledakan, Benny berbicara tentang adanya pihak tertentu yang tak ingin Indonesia aman dan stabil. Kecuali itu, peristiwa peledakan tersebut, katanya, "Merupakan peringatan kepada mereka-mereka yang menandatangani Deklarasi Antiterorisme pada akhir KTT Tokyo awal bulan ini." Siapakah pelaku peledakan-peledakan itu?
Berbagai upaya pelacakan telah dilakukan. Antara lain, mengorek informasi dari seorang gelandangan. Rabu 14 Mei pagi, adalah Dudung, seorang pemungut kardus, yang biasa beroperasi di kawasan Pekan Raya Jakarta, melihat dua lelaki sibuk dengan sebuah peti. Ini terjadi di taman pemisah jalan di depan pintu masuk PRJ sebelah timur - yang berjarak sekitar 400 meter dari Kedubes AS.
Dari peti berukuran 1 X 1 meter itu, kedua lelaki tersebut mengeluarkan dua buah tabung. Menggunakan peti sebagai sandaran, kedua tabung itu lalu ditegakkan dengan kemiringan 45 derajat ke arah Kedubes AS. Tak lama kemudian datanglah seorang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?