Sebuah Masa Yang Berubah Sebuah ... ; Islam Setelah Asas Tunggal

Edisi: 16/16 / Tanggal : 1986-06-14 / Halaman : 56 / Rubrik : AG / Penulis :


SEORANG khatib muda naik ke mimbar Idulfitri. Setelah mengucapkan hamdalah dan melafalkan bacaan-bacaan formal, ia membuka khotbahnya dengan: "Allahu Akbar.

Saudara-saudara, inilah masa ketika kehidupan agama Islam di tanah air kita menunjukkan perkembangan yang bagus. Tetapi, harus kita akui, tidak semua orang serta merta setuju pada kesimpulan ini."

Hadirin memperbaiki sila, sebagian membuka satu-dua kancing baju. Dan sang khatib melanjutkan dengan memberikan beberapa contoh yang sebenarnya tidak baru. Di bulan Puasa kemarin, misalnya, terasa sekali syi'ar agama. Tarawih tidak hanya diselenggarakan di masjid-masjid atau musala, tapi bahkan di hotel yang top, misalnya saja. Budaya puasa tidak hanya terasa di kalangan "bawah": restoran-restoran ternama memasang pengumuman jam buka puasa. Hotel mewah memasang iklan "makan sesudah buka puasa". Dan suasana ibadat malam maupun siang terasa sangat kurang dikotori uap kemaksiatan maupun suara-suara yang protes. Meski orang boleh mengingat kelesuan ekonomi, tempat-tempat seperti mandi uap, misalnya, memang tak lagi populer. Judi sudah sejak beberapa tahun yang lalu dilarang.

Dan masjid-masjid penuh, musala-musala penuh. Membanjirnya para remaja - yang barangkali merupakan 80% jemaah - ke tempat-tempat ibadat sejalan saja dengan pertambahan masjid maupun musala. Di akhir 1984 saja, di seluruh tanah air terdapat lebih dari setengah juta masjid, dan itu hanya yang terdaftar di Departemen Agama. Di Jakarta, sebelum kudeta PKI, hanya terdapat 400 masjid lebih sedikit; dan kini di atas 1.600, sepanjang yang tercatat.

Lebih dari itu, bagai terminal bis menjelang Lebaran, semua masjid serta musala tak mampu menampung pengunjung yang luber. Itulah pula salah satu alasan kantor-kantor pemerintah, bank-bank, bangunan-bangunan militer, menyelenggarakan salat Jumat maupun tarawih. "Islam merambah ke mana-mana," kata sang khatib, "secara ramah tamah: Allahu Akbar."

Panas matahari mulai terasa hangat, dan sebagian hadirin menggeserkan tempat duduk. Memang lebih mudah untuk hanya mengingat hal-hal positif dan kemudian bersyukur. Gambaran yang disebut itu toh sudah hal yang semestinya - bila diingat perkembangm demografis kaum Muslimin sehubungan dengan tingkat kemajuan dan posisi sosial mereka.(lihat: Nurcholish, yang Menarik Gerbong).

Tapi tak semua perubahan itu hanya akibat perkembangan kodrati. Bukankah untuk melihatnya pada level pemerintahan, ada sumpah pegawai negeri yang mewajibkan mereka bertakwa, yang logis bila menyebabkan para pegawai (yang mayoritasnya Muslim) mencari sandaran kepada Islam, setidak-tidaknya sesudah suatu proses dakwah di kalangan mereka sendiri?

Di pihak remaja, di samping terdapat faktor-faktor pendorong lain ke arah kegiatan keagamaan, juga ada pewajiban pelajaran agama di semua sekolah seperti ditetapkan MPR itu.

Di luar yang sering dipikirkan orang, pewajiban itulah yang, dari satu segi, layak diperkirakan menjembatani jurang antara dua kelompok di Jawa yang sering dibayangkan sebagai terpisah: kaum "abangan" dan kaum "santri". Dengan pendidikan agama, unsur-unsur keislaman di kalangan "kejawen" itu boleh saja dibayangkan sebagai diperkuat pada generasi anak-anak mereka apa yang sering dipergunjingkan sebagai konflik boleh saja menjadi bagian masa lampau, dan polarisasi Antropolog Clifford Geertz tentang "abangan", "santri", dan "priayi" akan sudah tidak berlaku.

Integrasi yang sebuah itu memang lebih menjangkau masa yang panjang dibanding usaha peleburan dari segi politik. Robohnya dinding-dinding partai, dalam kenyataan, menyebabkan dakwah Islam mengalir ke luar dari kotak-kotaknya yang bermerk khas. Islam menjadi milik semua.

Menarik, memang, bahwa setelah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…