Remuk Redamnya Begundal Kangean

Edisi: 19/16 / Tanggal : 1986-07-05 / Halaman : 29 / Rubrik : KRI / Penulis :


DENGAN celurit, pisau, atau pedang di tangan, ratusan orang malam itu berteriak, "Bunuh Jalaluddin. Bunuh!" Mereka melintasi lapangan di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean di timur Madura. Tiba di kantor Polsek, sebagian dari mereka berhenti. Sebagian lagi menuju rumah tahanan polisi yang tak seberapa jauh dari situ.

"Bunuh Jalaluddin. Singkirkan penyakil orang Kangean!" teriakan makin panas.

Tembakan peringatan, yang dilepaskan petugas, cuma sia-sia. Lalu polisi mencoba cara lain guna menjinakkan massa yang lagi marah itu. Didatangkanlah Kiai Abdul Adhim, pimpinan pondok pesantren Al Hidayah, yang selama ini paling disegani orang Kangean. Pak Kiai mencoba menenteramkan massa yang histeris, agar tidak main hakim sendiri. Jawaban yang terdengar? "Maaf, Pak Kiai. Untuk kali ini kami tak akan mematuhi perintah. Besok kami akan patuh kembali."

Dan ini bukan jawaban main-main. Seusai dialog singkat terjadi, massa pun menyerbu, mirip adegan perang klasik dalam film kolosal.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…