Pagi Terakhir Seorang Pelukis Potret

Edisi: 37/23 / Tanggal : 1993-11-13 / Halaman : 110 / Rubrik : OBI / Penulis : DSI


IA berakhir tak secerah lukisan-lukisannya. Tapi muram, dengan warna hitam dan merah. Basuki Abdullah, pelukis yang dikagumi kalangan tertentu karena karya-karya potretnya yang lebih indah dari aslinya, Jumat pagi pekan lalu ditemukan pembantunya telungkup di balik pintu kamarnya, tak bernyawa lagi. Kacamata bacanya tergenggam di tangannya, darah tercecer di mana-mana, dan di kepalanya darah sudah megmbeku.

Bas, begitu ia dipanggil, hanya berkaos singlet dan bercelana dalam. Mungkin ia pun tak sempat melihat jelas siapa yang, menurut dugaan, menghantamkan popor senapan ke kepalanya. Ia tak sempat memakai kacamata. Sampai tulisan ini dibuat, mengapa pelukis yang banyak melukis potret tokoh, dari Mahatma Gandhi sampai Aktris Eva Arnaz, ini dibunuh, masih dalam penyidikan.

Basuki Abdullah adalah pelukis Indonesia angkatan Persagi (Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia), yang didirikan oleh Pelukis Sudjojono (almarhum) di tahun 1937 di Jakarta. Bila kemudian ia seperti disisihkan oleh kalangan seni rupa, Basuki memang menempuh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…