Menyingkap Jaringan Perdagangan Wanita

Edisi: 37/23 / Tanggal : 1993-11-13 / Halaman : 22 / Rubrik : KRI / Penulis : WY


TAWAO kini ibarat serambi surga. Kota pantai di timur Sabah ini tidak terlalu mentereng. Minuman keras pun jarang terlihat. Juga tanpa panti pijat. Tapi, di sana banyak pub buka hingga larut malam. Berpenduduk 400 ribu jiwa, Tawao menyimpan gemerlap prostitusi. Dan ribuan pelacur dari Indonesia menghuni sembilan hotel di sana, dari tingkat bintang hingga kelas melati.

Semua demi ringgit. "Masuklah, saya lagi sepi," kata seorang pelacur di depan kamarnya, di Plaza Hotel, Tawao. Penginapan berlantai empat itu mempunyai kamar berukuran rata-rata 9 meter persegi dan ber-AC. "Panggil saya Seli," tambah cewek berusia 23 tahun ini. Berasal dari Kediri, Jawa Timur, Seli ke Tawao dibujuk temannya.

Kamarnya dihiasi poster artis seperti Sally Marcellina, Marissa Haque, dan Novia Kolopaking. Plaza Hotel itulah yang belakangan ini menggegerkan koran Indonesia. Di sana banyak wanita Indonesia disekap, diancam, dipukuli, dan dijadikan pelacur kelas rendah bertarif 20 ringgit atau sekitar Rp 16.000.

"Rasanya seperti dalam neraka," kata Rani sebut saja namanya begitu. Gadis berusia 16 tahun asal Balikpapan ini tak membayangkan kejeblos di sana. "Kami harus melayani 8 sampai 10 lelaki sehari. Kalau menolak, dipukul dan tak diberi makan," kata jebolan kelas II SMP ini. Ia pernah mau bunuh diri.

Cewek berhidung bangir ini pergi ke Tawao atas bujukan Rivai untuk mencari kerja, pertengahan Agustus lalu. Bersama Rani, ada pula Susan, 18 tahun, dan Yana, 16 tahun (keduanya nama samaran). Susan, pelajar SMA yang berkulit putih ini, ke Tawao karena sakit hati ditinggal pacarnya.

Sedangkan bagi Yana, Tawao adalah pelarian. Gadis berdarah Dayak ini cantik. Ia kabur dari Palangkaraya karena dipaksa kawin oleh orang tuanya. "Saya ingin melajang lama-lama," kata anak ketiga dari enam bersaudara ini. Lalu ia ke Balikpapan, dan sering ke diskotek. Lulusan SMP ini diiming-imingi kerja di Tawao oleh Suryani. Ia oke, dan berangkat.

Suryani membawa Yana dan Susan ke Jefry. Kemudian Jefry menyerahkan mereka ke Rahayu di Pelabuhan Semayang, Balikpapan. Dengan KM Tidar, Rahayu mengajak mereka ke Tarakan. Dari kota ini, perjalanan diteruskan ke Tawao, menumpang jukung milik Janggo. Pada 20 Agustus lalu, ketiganya langsung diserahkan ke germo suami-istri, Beni dan Ratna, di Plaza Hotel. Dan setelah timbang terima itu, resmilah mereka menjadi pelacur. "Saya tak ingat wajah laki-laki yang meniduri saya pertama kali. Pokoknya ngeri. Seperti singa yang menerkam," cerita Yana. Sehari-hari ia melayani tamunya seolah tanpa terputus. Dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…