Dialog Di Panggung Terbuka ; Sultan Dipanggung Terbuka

Edisi: 26/16 / Tanggal : 1986-08-23 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :


SUATU peristiwa luar biasa terjadi di Yogyakarta Senin malam lalu: untuk pertama kalinya Sultan Hamengkubuwono IX berbicara dan berdialog dalam suatu forum terbuka dengan masyarakat. Pertemuan itu diselenggarakan oleh KNPI Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan Yayasan Penerus Citra Merdeka. Sebelumnya, tokoh yang tidak suka banyak berbicara di depan umum ini memang cukup sering berdialog dengan masyarakat, tapi itu dilakukannya dalam kedudukannya sebagai kepala daerah pimpinan Pramuka, pimpinan KONI, atau sebagai raja. Maka, bisa dimengerti bila banyak dugaan yang timbul. Sejarawan terkemuka Indonesia, Prof.Dr. Sartono Kartodirdjo, sebelum ceramah dimulai mengatakan, "Ini suatu peristiwa yang sangat bersejarah."

Senin malam 18 Agustus itu -- Selasa Pon menurut kalender Jawa -- dengan bulan yang hampir bulat bertengger di angkasa, di gedung kesenian terbuka THR (Taman Hiburan Rakyat) -- yang dibangun di bekas pekuburan Belanda -- Sultan Hamengkubuwono IX dalam pakaian batik cokelat lengan panjang dan jaket hitam, berbicara santai selama satu jam dan kemudian menjawab pertanyaan.

Hamengkubuwono IX, 74, berbicara tanpa teks, dalam nada datar dengan suaranya yang berat dan agak serak. Ia, di luar dugaan, ternyata sangat membatasi pembicaraannya, dan hanya bercerita mengenai mengapa ia, segera setelah proklamasi kemerdekaan RI, memilih berpihak dan bergabung dengan republik. "Saya hanya bersedia menjawab pertanyaan yang ada kaitannya dengan apa yang saya ceramahkan tadi," ujarnya.

Rupanya, banyak yang kecewa. Soalnya, orang mengharapkan, malam itu Sultan akan berbicara lebih terbuka mengenai sikap dan pendiriannya tentang berbagai masalah, termasuk situasi masa kini. Ada yang semula menduga, paling tidak Sultan juga akan berbicara mengenai masalah Serangan Umum 1 Maret 1949, yang siapa pencetus idenya masih dipertentangkan hingga kini. Harapan seperti itu muncul karena sebab panitia penyelenggara sendiri mengisyaratkan kemungkinan itu. G.P.B.H. Joyokusumo, 30 tahun, Ketua DPD KNPI Yogyakarta, yang menjadi ketua panitia penyelenggara pertemuan, dalam suatu konperensi pers sebelum pertemuan mengatakan, para peserta dialog dapat saja menanyakan siapa sebenarnya yang pertama kali memiliki ide untuk mengadakan Serangan Umum 1 Maret 1949.

Mungkin saja Joyokusumo -- salah satudari 22 putra Hamengkubuwono IX -- sendiri waktu itu tidak tahu bahwa…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?