Harta Karun Dari Dasar Heloputan ; Hilangnya Penyelidik Harta Karun

Edisi: 29/16 / Tanggal : 1986-09-13 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :


SANTOSO Pribadi, alias Ucok, hingga kini belum muncul ke permukaan laut -- belum ketahuan hidup atau mati. Tubuh peneliti arkeologi bawah laut itu, bahkan sampai kini, belum ditemukan. Jasadnya, boleh jadi, rusak sudah digerayangi hewan ganas, ikan hiu misalnya.

Entahlah. Tak seorang pun tahu pasti. Yang terang ialah, setelah sebelas hari tim SAR bekerja, akhirnya, pencarian tak diteruskan. Tim SAR pun dibubarkan. Keputusan itu ditetapkan di Tanjung Uban, Pulau Bintan, sekitar 100 km dari Tanjungpinang, Riau, 6 September pekan lalu. Mengapa jasad Ucok begitu sulit ditemukan? Betulkah arus dan angin yang deras telah menghanyutkan korban menjauh dari lokasi semula? Betulkah ia tersangkut di suatu karang? Bahkan beredar pula dugaan, Santoso telah "dihabisi" oleh oknum tertentu. Betulkah?

Sejumlah pertanyaan memang layak timbul. Sebab, 25 Agustus, ketika peristiwa nahas itu terjadi, sesungguhnya, kerja tim dengan Santoso sebagai anggota dapat dianggap usai. Sebab, apa yang dicari oleh tim itu sudah dapat ditemukan. Toh, penyelaman terus dilakukan, dan baru dinyatakan selesai justru setelah Santoso, 33, tenggelam, dan tak muncul kembali.

Seperti diketahui, tim peneliti itu dibentuk oleh Menteri Kehakiman, 19 Agustus lalu. Inilah tim antardepartemen, yang diketuai oleh Prof. Dr. Baharuddin Lopa, dan koordinasi lapangan di laut dipimpin oleh Laksamana TNI Anwar Affandi. Santoso Pribadi sendiri adalah anggota tim yang berasal dari Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Ditjen Kebudayaan. Ia memang seorang dari sedikit ahli arkeologi bawah laut.

Dan keahliannya, tentu, sangat diperlukan dalam tim itu. Sebab, inilah tim yang dibentuk setelah heboh perkara harta karun, yang digaruk oleh Michael Hatcher, tempo hari. Seperti diketahui, sekitar 160 ribu barang pecah belah antik buatan Cina, serta 225 batang emas lantakan, ditemukan Hatcher di kapal De Geldermalsen milik VOC, yang katanya tenggelam di perairan antara Pulau Mapur dan Merapas 234 tahun silam. Harta karun itulah yang kemudian dijual di Balai Pelelangan Christie di Amsterdam, Mei lalu, yang secara total menghasilkan US$ 15 juta, atau sekitar Rp 16,6 milyar. Suatu jumlah yang mengagetkan karena itu berarti, lebih dari separuh APBD Provinsi Daerah Istimewa Yogya yang jumlahnya sekitar Rp 30 milyar.

Hatcher sendiri menyebut harta karun itu ditemukannya di perairan internasional. Te B. Oekhost, juru bicara Kementerian Luar Negeri Belanda, juga berpendapat, De Geldermalsen tenggelam di perairan internasional. Tapi betulkah?

Inilah sebenarnya pangkal masalah. Ketidaktegasan justru berasal dari pihak Indonesia sendiri. Menurut Oekhost, pada Sapta Adiguna dari TEMPO, dalam wawancara di Negeri Belanda, pihak Indonesia, jauh hari sebelum lelang dilaksanakan, telah mendapat pemberitahuan. Tapi, Deparlu RI rupanya belum mempunyai bukti bahwa harta karun itu ditemukan di perairan Indonesia. Karenanya, Deparlu lantas meminta konfirmasi dari Departemen Dalam Negeri.

Pihak Depdagri, ternyata, juga tak dapat memastikan di manakah harta karun itu digaruk. Maka, agar akurat, perlu penelitian. Untuk itu, pihak Deparlu lantas meminta pada Belanda agar pelaksanaan lelang ditunda tiga bulan. Indonesia toh tak memiliki catatan ihwal posisi kapal-kapal dagang VOC yang tenggelam di masa lalu. Dan, berakhirlah masa tiga bulan yang diminta. Begitulah, harta karun itu pun akhirnya dilelang.

Setelah lelang terjadi, heboh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?