Prajurit-prajurit Perang

Edisi: 40/16 / Tanggal : 1986-11-29 / Halaman : 42 / Rubrik : SEL / Penulis :


BARU sebelas tahun Perang Dunia II berakhir, muncul lagi prajurit-prajurit yang perlu dicatat dalam sejarah. Yakni prajurit-prajurit Perang Suez. Mereka memang diingat, sehubungan dengan krisis tersebut, yang waktu itu dikhawatirkan bisa mengawali Perang Dunia III. Donald Neff, koresponden majalah Time, menulis buku tentang mereka, yang terbit pada 1981 berjudul Warriors at Suez.

Gamal Abdul Nasser
Kolonel yang kemudian menjadi presiden Mesir ini memang pantas dikemukakan sebagai yang pertama. Dialah pangkal soal yang menimbulkan krisis Suez. Tindakannya menasionalisasikan Terusan Suez -- pada tahun keempat masa kepresidenannya -- terhitung sangat berani. Sejak berdiri, pada 1869 -- atas ide konsul Prancis untuk Kerajaan Mesir, Ferdinand de Lesseps -- terusan itu berada di bawah pengelolaan Inggris dan Prancis.

Kemudian, awal 1956, suatu tindakan Amerika dan Inggris tampaknya begitu menyinggung harga diri Nasser. Kedua negara besar itu menarik bantuan mereka untuk pembangunan Bendungan Aswan. Padahal, bendungan itu sangat berarti bagi perekonomian negeri baru itu. Nasser, yang diberi tahu lewat telegram, langsung ke pesawat dalam perjalanan pulang dari suatu pembicaraan dengan Presiden Tito di Brioni, marah besar. "Ini serangan untuk pemerintah Mesir, dan undangan bagi rakyat untuk menjatuhkan pemerintahnya," katanya kepada menlunya, Mahmoud Fawzi, dan Wartawan Mohammed Heikal.

Esoknya, kata Nasser kepada Heikal, "Mereka menekan kita agar berdamai dengan Israel, agar kita masuk pakta. Pokoknya, mereka mau menanamkan pengaruh di negeri ini. Kita akan membangun bendungan itu dengan kekuatan sendiri." Dalam pembicaraan telepon itulah terbayang sudah dengan cara apa Nasser akan membalas. Beberapa hari kemudian, di depan Dewan Komando Revolusi, Nasser minta pertimbangan bagaimana sebaiknya nasionalisasi Terusan Suez dilakukan. Sebelumnya, ia telah minta informasi kekuatan tentara Inggris yang berada di sekitar Mesir, dan yakin, seandainya Inggris menyerbu Suez, itu gampang dipukul balik. Di hadapan Dewan itulah kebulatan dicapai, yakni bukan separuh tapi sepenuhnya Terusan Suez akan diambil alih. Dalam kesempatan itu pula Nasser -- ia 38 tahun waktu itu -- mengeluarkan amarahnya terhadap Amerika. Jika memang Amerika mau unjuk gigi, katanya, dan memberikan ultimatum ini-itu, "Marahlah sampai mampus, karena kalian tak akan bisa mendikte Mesir."

Dan kemudian terjadilah itu: nasionalisasi Terusan Suez, serbuan Israel, pengeboman Port Said, pendudukan kota-kota seputar Terusan. Bila bekas kolonel yang menjatuhkan Raja Farouk ini terkecoh oleh gerakan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…