Aceh Seusai Perang
Edisi: 43/16 / Tanggal : 1986-12-20 / Halaman : 67 / Rubrik : KL / Penulis : ALI, FACHRY
KELEMAHAN Aceh terbesar saat ini bukan terletak pada kondisi fisiknya yang centang-perenang, melainkan ketiadaan seniman. Selain Zakaria M. Passe, hampir tidak ada penduduk Aceh yang secara sungguh-sungguh menekuni bidang sastra. Ketiadaan seniman ini tidak menjadi masalah besar bagi masyarakat lainnya. Rendra, sang Panembahan Reso, boleh tidak muncul dalam masyarakat Jawa. Tapi, sekian puluh orang yang sekaliber Rendra bisa muncul dalam waktu bersamaan, lengkap dengan Pelawak Gepeng, Tarzan, atau Asmuni.
Kalau masyarakat Aceh sangat sunyi dengan seniman, maka bagi masyarakat Minang, kematian Penyair Chairil Anwar tidak perlu ditangisi terlalu lama. Sebab, bukan saja kemudian muncul berbagai bentuk seniman tulen maupun partisan, tetapi juga, di dalam masyarakat ini, berkelahi pun harus mempunyai keterampilan berpantun. Berpantun atau bersajak bukan saja milik Taufiq Ismail atau Leon Agusta, atau Sutardji Calzoum Bachri -- penyair Riau yang sangat dipengaruhi alam kultural Minang -- tetapi juga oleh pemimpin politik besar seperti Natsir. Lewat corong radio PRRI sajak Natsir disiarkan sebagai balasan sajak Hamka, yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…