Keramik Indonesia

Edisi: 05/15 / Tanggal : 1985-03-30 / Halaman : I / Rubrik : PWR / Penulis :


MANUSIA nyaris jadi keramik. Untunglah, demikian alkisah, bahwa Tuhan kemudian meniupkan ruh ke dalam sosok tanah liat itu, hinggga lahirlah Adam, manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Manusia yang kedua tidak lagi dibuat Tuhan dari tanah liat. Tuhan melolos sebuah tulang rusuk Adam, dan lahirlah Siti Hawa. Lalu mereka berkopulasi, dan menambah bangsa manusia.

Samapai sekarang tidak pernah lagi manusia dibuat dari tanah liat. Tetapi setelah zaman batu dan kayu, tanah liat adalah unsur alam yang pertama ditangani manusia. Lama sebelum manusia mengenal besi, orang telah membentuk tanah liat dan mengeringkannya di bawah terik matahari atau membakarnya dengan rumput untuk dijadikan alat bantu. Sejarah mencatat kehadiran keramik sejak zaman Mesopotamia, 600 tahun sebelum Masehi.

Pada zaman teknologi modern peran keramik menjadi semakin menonjol. Di dalam setiap produk komputer senantiasa terdapat integrated circuit yang dirakit dengan bahan-bahan yang dilapis keramik. Pesawat ruang angkasa ulang-alik pun memakai pelapis keramik.

Nusantara kita sendiri telah mengenal keramik sejak 2000 tahun yang lalu. Bahkan ada bukti-bukti yang cukup bahwa masyarakat di kawasan Nusantara ini telah terlibat dalam perdagangan keramik sejak 1000 tahun yang lalu. Tetapi pada dasawarsa terakhir ini kita menyaksikan meroketnya industri keramik berskala besar.

Gedung-gedung tinggi yang modern dan megah di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia kini hampir seluruh dinding luarnya dibalut keramik. Kakus-kak umum pada bangunan-bangunan baru pun kini menunjukkan pembaruan yang menyenangkan: bersih dan penuh cita rasa karena penggunaan bahan-bahan keramik terpilih. Keramik pun sudah tidak ragu-ragu lagi masuk desa karena harganya yang maikin terjangkau oleh masyarakat.

Tahun lalu industri keramik Indonesia memproduksi 650.000 unit saniter serta 13 juta meter persegi ubin dinding dan ubin lantai. Dikonversikan ke satuan berat, itu berarti tiap orang Indonedia mengkonsumsi 1,3 kilogram keramik per tahun. Ini jauh di bawah konsumsi masyarakat negara maju yang memerlukan 10-20 kilogram keramik per kapita per tahun.

Indonesia kini mempunyai 13 pabrik keramik bangunan yang setidaknya menyerap 15.000 tenaga kerja secara langsung. "Industri ini memang sangat padat karya," kata Ir. Thamrin Tedja, Ketua Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI) yang juga Direktur PT Keramik Indonesia Asosiasi (KIA). "Itu belum terhitung tenaga kerja yang diserap oleh sektor pengadaan bahan baku lokal dan sektor penjualan serta pengangkutannya," tambah insinyur kimia lulusan ITB itu.

Industri keramik memperoleh bahan dasarnya dengan mudah di Indonesia. Tanah liat berkualitas tinggi banyak terdapat di daerah Bogor, Tangerang, Pulau Belitung, Karangpilang (Surabaya) dan di banyak tempat lain. Kaolin terdapat begitu banyak di Pulau Bangka dan Belitung. PAsir kuarsa diperoleh dari sekitar Bandung dan Pulau Belitung.

Tepung batu tersedia di Padalarang. Dan di sekitar Pacitan dapat diperoleh pyrophylitte. "Lebih dari 80% bahan baku keramik sudah tersedia di bumi kita." kata Tedja. "Sedang yang masih diimpor kebanyakan adalah bahan glazur dan warna. serta feldspar yang dipakai untuk menurunkan titik leleh pada waktu pembakaran ."

Bahan baku lokal ini hingga sekarang masih merupakan usaha padat karya yang dikelola masyarakat sendiri. "Masih belum menguntungkan secara bisnis skala besar untuk mengelolanya dengan menggunakan mesin-mesin berat dan modem." kata Tedja. Soalnya deposit bahan-bahan itu terpencar-pencar dalam kantung-kantung kecil. Kadang pada daerah pemukiman. kadang tersembunyi jauh di pelosok sehingga sulit dicapai. Karena itu pihak industri hanya membantu agar pengambilan deposit itu dilakukan secara sistematis untuk mencapai standar mutu dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. "Lapisan atas tanah selalu dikembalikan agar kesuburan tamah setenpat tidak dikorbankan." tutur Tedja.

Bahan dasar keramik yang berlimpah di Indonesia itu ternyata selama ini baru mencapai pemanfaatan tanah liat untuk pembuatan gerabah dan pecah belah lainnya secara tradisional. Pengembangannya menjadi industri modern baru terjadi setelah Pemerintah Orde Baru. "Soalnya." kata Tedja. "boom pembangunan yang terjadi pada masa pecah-belah. Piring porselin buatan dalam negeri mulai membanjiri pasaran. Tetapi piring porselin impor dari Cina dan Jepang belum ditutup kerannya. "Mana mungkin kami bisa berperang melawan mereka dalam soal harga," kata seorang bekas pegawai KIA. Orde Baru juga menciptakan boom terhadap permintaan barang."

Pada 1972 perusahaan keramik pecah belah Lucky mulai berproduksi di Indonesia. Lucky kini tergolong besar di bidang ini dengan kapasitas 167 juta buah pecah-belah pertahun. Beberapa pemodal lain segera mengikuti jejak dan memproduksikan keramik.

Saat ini terdapat 7 perusahaan keramik pecah belah di Indonesia. Persaingan semakin tajam dan harga pun terus menurun sebagai akibat melimpahnya stock.

"Pada 1979 kami sudah merasakan adanya kelebihan produksi." kata Tedja. Karena itu sudah mulai terjadi pula situasi banting setir. PT Jatisuma Indah di Sidoarjo. Jawa Timur mulai mempelajari teknologi pembuatan ubin keramik dan segera pula memproduksinya.

Superitalia adalah salah satu pemula dalam bidang ubin keramik. Ir. Akie Setiawan yang waktu itu dengan PT Hutan Raya-nya banyak menjual kayu ke Italia sering mendengar dari orang Italia bahwa Indonesia punya potensi besar untuk pengembangan keramik. "Saya pikir memang benar." kata Akie. "Kita ini adalah bangsa seni. Bahan baku kita berlimpah. Tinggal lagi masukkan teknologi" la pun segera membeli mesin-mesin dan mewujudkan gagasannya. "Pokoknya saya selalu cepat dalam hal mencari bahan baku vang dapat dibuat menjadi komoditi untuk meningkatkan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja."

Tak jauh dari lokasi pabrik keramik pecah belah PT Industri Keramik Mutiara di Karangpilang, Surabaya. telah pula berjalan persiapan pendirian sebuah pabrik ubin keramik. Pada tahun 1976-1977 itu telah dilakukan beberapa riset, antara lain dengan mengirimkan contoh-contoh tanah liat ke Italia, karena pabrik baru ini memilih teknologi Italia. Mesin-mesin dari Italia pun didatangkan, dan pada 1979 secara fisik mulai dibangun pabrik ubin keramik itu dengan nama PT Keramik Diamond Indah. Perusahaan ini pun merupakan diversifikasi dari sebuah perusahaan hasil hutan. Mula-mula dengan kapasitas 2000 meter persegi perhari. Kini sudah akan mencapai 25.000 meter persegi perhari. Pada semester kedua tahun ini Keramik Diamond sudah akan mengekspor produknya ke Singapura, Hong Kong, Jepang, Australia dan Amerika Serikat.

"Sekarang Keramik Diamond bukan saja yang terbesar dan termodern di Indonesia. tetapi terbesar di Asia-Pasifik," kata Tekmankoentjoro Nyoto. Direktur Pemasaran Keramik Diamond, sambil buru-buru menambahkan, "Ini kenyataan, Iho. Kami sama sekali tidak bermaksud menyombongkan diri." Sekarang saja di Keramik Diamond masih terdapat lZ ahli dari Italia yang mengawasi produksi. "Soalnya teknologi keramik ini bukan sepele." kata Tekman. "Bukan hanya tanah liat dipres. Semakin tipis dan semaki luas permukaannya. akan semakin sulit membuatnya. Karena itu diperlukan teknologi untuk membuatnya tipis, rata dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…