Ale Mesti Mati, Hook Beta Sudah... ; Elly, Elly
Edisi: 11/15 / Tanggal : 1985-05-11 / Halaman : 59 / Rubrik : OR / Penulis :
TELAH datang sang juara. Dialah Ellias Pical, 25, pemuda asal Saparua, pulau kecil di Maluku Tengah.
Di tengah gegap gempita pekik 12.000-an penonton Istora Senayan, Jumat malam pekan lalu, Elli, nama akrabnya, merobohkan Ju Do Chun, juara kelas superterbang versi IBF di ronde ke-8, dari 15 ronde yang direncanakan. Dengan begitu, tercatat sejarah baru: Elli petinju Indonesia pertama yang menjadi juara dunia.
Sesaat sebelumnya, penonton terpukau menyaksikan Ju Do Chun telentang di kanvas tak berkutik sampai ia kemudian dipapah pelatihnya, Jim Chung Soo. Tapi begitu Wasit Joe Cortez dari Amerika Serikat mengibaskan kedua tangannya pertanda Chun kalah KO - "huru-hara" pun tak terelakkan. Ratusan penonton mencoba memanjat ring, dan segera dihambat oleh puluhan petugas keamanan dengan pentungan. Sebagian yang berhasil segera memikul sang juara baru, Elli, dan tanpa dikomando terdengar teriakan serempak: 'Elli ... ! Elli ... ! Elli ... !" Sepintas sorak-sorai ini mirip pekik serentak pemuja petinju legendaris Muhammad Ali: Ali . . . ! Ali . . . ! Ali . . . !, setiap petinju terbesar itu mempecundangi lawan di masa jayanya, dulu.
Kericuhan terjadi di sana-sini. Seorang petugas polisi terpaksa ditandu setelah pingsan diempaskan pintu yang didesak penonton di dekat kamar ganti pakaian. Beberapa penonton pingsan karena dijepit orang-orang yang berdesakan ingin melihat sang juara.
Suasana mereda, setelah Solihin G.P. tampil memimpin penonton bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya. Di sini, banyak yang menangis, terutama orang-orang dari kubu Elli, sasana Garuda Jaya. Boy Bolang, promotor Elli, orang yang tampaknya paling capek, malam itu melayani peluk dan salam ucapan selamat. "Saya serasa bermimpi," kata Boy dengan mata basah.
Sudah tentu bintang utama malam itu adalah Ellias Pical. Setelah dia dilarikan dari Istora Senayan, banyak pemujanya menyerbu Hotel Sahid Jaya, tempatnya menginap menjelang pertandingan. Mereka berjingkrak-jingkrak, lalu ramai-ramai menyanyikan lagu Ambon Manise, yang syairnya sudah diubah menjadi Elli Pical Manise.
"Kami sedang berpesta karena menjadi juara dunia malam ini," ujar seorang petugas hotel kepada tamu bule yang kaget pada hiruk-pikuk itu.
Tapi setelah capek menunggu sampai dinihari Elli tak muncul, mereka bubar dengan kecewa. Di antaranya termasuk Chris Pattikawa dan istrinya, Artis Rina Hassim, yang rupanya sudah membawa seorang pendeta untuk memimpin upacara doa bersama Elli seusai pertandingan, sesuai dengan rencana. Ternyata, malam itu, Elli terpaksa "diamankan" Pelatih Simson Tambunan di sebuah cottage di Ancol.
Suasana "demam Ellias Pical" sudah terasa beberapa hari sebelum pertandingan. Sasana Garuda Jaya di kawasan Pancoran Jakarta Selatan, ramai dikunjungi artis untuk menghibur Elli, dan segera mendapat publikasi yang luas di media massa. Di berbagai kediaman tokoh asal Maluku di Jakarta, ada upacara doa bersama yang dlplmpin pendeta Protestan. Ju Do Chun turut pula meramaikan keadaan dengan memancing perang mulut. "Ellias Pical masih kanak-kanak dan pukulannya ngawur," kata juara dari Korea Selatan itu ketika mendarat di bandar udara Cengkareng, 27 April. Chun menjanjikan KO untuk Elli di ronde ke-3.
Ju Do Chun menemukan jawaban atas ucapannya pada malam pertandingan. Sekitar 17.000 manusia malam itu membanjiri Senayan - 12.000 berdesakan di dalam gedung,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…