Melihat Negeri Kublai Khan
Edisi: 33/15 / Tanggal : 1985-10-12 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
Lelaki yang berkuda berbesar hati selama satu jam Lelaki yang mendapat pelana berbahagia selama sehari Lelaki yang menikah mendapat kebanggaannya sepanjang tahun
ITU syair tentang Tiga Kebahagiaan Lelaki, bagian dari folklor Yortontsiin Gurab (Tiga Pokok Kehidupan Dunia) yang terkenal dalam kehidupan masyarakat Mongolia. Di Republik Rakyat Mongolia, negeri yang terletak 5.200 kaki di atas permukaan laut, padang stepa berbukit-bukit dan lahan perburuan melekat dalam kehidupan tradisional rakyatnya. Sehingga, kuda-kuda dan gaung alam mewarnai balada-balada mereka.
Padang rumput dan bukit-bukit batu berwarna tembaga menguasai pemandangan di luar kota Ulan Bator, ibu negeri. Adalah Terejl, kawasan peristiraha-tan sejauh 80 kilometer dari Ulan Bator, salah satu obyek pariwisata. Ada pula Gurun Gobi yang terkenal. Dan ada pelbagai museum di Ibu Kota, yang dituju para turis. Wartawan TEMPO Seiichi Okawa juga pergi ke tempat-tempat itu, ditemani seorang staf departemen luar negeri setempat.
"Untuk pergi meninggalkan Ibu Kota dengan jarak lebih dari 40 kilometer, setiap orang asing harus mendapat izin perjalanan dari kepolisian," tutur Okawa. Di pinggir kota, surat-surat diperiksa petugas. Juga nomor mobil dan tujuan perjalanan.
Turis asing di negeri ini sebagian besar orang Rusia atau negeri Blok Timur lain. Dari Jerman Barat Amerika Serikat, Negeri Belanda, Kanada, dan Jepang, dalam setahun jumlahnya hanya mencapai ratusan. Para pendatang itu diatur oleh Zhuulchin, biro perjalanan milik negara.
Di kaki-kaki perbukitan di kawasan Terejl, bertebaran ger (Cina: bao), tenda-tenda dari kulit binatang. Inilah tempat tinggal asli orang Mongol yang sampai sekarang masih banyak di pelbagai pelosok negeri - bahkan di pojok-pojok kota, berdampingan dengan flat-flat atau bangunan lain yang khas negeri sosialis: serba kaku. Ger terutama ditinggali kelompok warga yang masih menyenangi gaya hidup mengembara. Setiap tahun jumlah ger yang dibuat mencapai 9.000.
* * *
Okawa berkesempatan pergi ke sebuah kawasan hunian dengan jumlah penduduk 700 jiwa atau 100 kepala keluarga. Ia menuju ger milik Baator, bekas pekerja tambang yang lahir 48 tahun lalu di Khovd Aymag alias Wilayah (setingkat provinsi) Khovd dekat Provinsi Xinjiang, RRC.
Sebelum jatuh sakit setahun yang lalu, Baator tercatat sebagai buruh tambang batu bara di Nalajcha, dekat Ulan Bator, dengan gaji terakhir antara 900 tugrik (Rp 1.010.000) sampai 1.500 tugrik (Rp 1.680.000) per bulan - jumlah yang tidak hanya cukup banyak di Indonesia, tapi juga di Mongolia sendiri. Di dalam tenda kulit domba bergaris tengah 5 meter dengan tinggi langit-langit 2,60 meter itu, yang ia beli 15 tahun lalu dengan harga 5.000 tugrik, Baator tinggal bersama istrinya, Oyondelger, dan tiga anak.
Ada sebuah lemari pakaian di dalam. Lalu lemari makan, dipan untuk suami istri, dan dipan anak-anak. Dibanding yang lain, kediaman Baator tampak lebih komplet. Pokoknya, ia adalah jenis rakyat yang cukup memenuhi syarat - atau yang telah dipersiapkan - untuk mempertontonkan "keberhasilan sosialis". Ia, misalnya, juga punya pesawat tv seharga 1.000 tugrik, lemari es (1.200 tugrik), setrika listrik (70 tugrik), mesin cuci (600 tugrik), kompor (200 tugrik), alat cukur listrik (120 tugrik), dan alat pengering rambut (100 tugrik) - dan semuanya buatan Soviet. Satu-satunya perkakas bikinan Jepang adalah radio kaset merk National Panasonic, yang di negeri ini berharga 1.600 tugrik. "Itu harga bekas pakai. Kalau baru, lebih mahal," kata Baator. Ia juga punya sebuah jip, yang dibelinya pada sebuah lelang barang bekas milik negara dengan harga 4.500 tugrik. Jip buatan Soviet, tentu.
Bahkan harta kekayaan Baator tidak hanya barang-barang mati. Ia juga pemilik tiga ekor sapi betina dan empat ekor kuda. Di masa "pensiun" ini, "Saya lebih leluasa melaksanakan kesenangan saya, yaitu berburu," tuturnya. Dengan menenteng senapan, duduk di pelana, ia biasa menggelandang dikawasan pegunungan seputar Terejl, menguber serigala yang sepanjang tahun berkeliaran, atau beruang dan babi hutan yang biasanya bermunculan di musim panas. "Kulit serigala kami jual ke negara; harganya 100 tugrik per lembar. Dagingnya kami makan."
Oyondelger, istri Baator yang jelita, punya kesenangan jalan-jalan di hutan mencari buah-buahan liar. Wanita 42 tahun ini sudah terbiasa duduk di pelana. "Tanpa anak-anak, kami sering pergi berduaan ke hutan-hutan selama sekitar dua minggu," tuturnya. Selama itu mereka cukup menenteng sebuah tenda kecil.
Sementara itu, bayangan anak-anak mereka tentang masa depan tak lepas dari semangat "realisme" di negeri ini. "Kalau lulus universitas kelak, saya mau menjadi insinyur listrik," kata Ganbold, 17, anak tertua. Profesi sebagai insinyur listrik memang menjadi kerinduan banyak pemuda Mongolia. Adapun kedua adik Ganbold oleh orang tua mereka diharapkan masing-masing menjadi dokter dan penari balet.
* * *
Mongolia, negeri yang membentang di jantung Asia, terjepit antara Soviet di sebelah utara dan RRC di sisi selatan. Ia bak sepotong daging terselip di setangkap roti, sehingga orang sering menyebutnya Negeri Sandwich. Luasnya 1.565.000 kilometer persegi - dua kali luas Turki atau empat kali Jepang (dengan penduduk 1/25 penduduk Turki atau 1/73 penduduk Jepang). Perbatasannya dengan Soviet meliputi 39% dari garis lingkarannya; selebihnya berbatasan dengan RRC. Tetapi semangat sosialisme Soviet lebih pekat mengisi ruh negeri ini. Maka, jangan heran jika, misalnya, gambar Lenin lebih merata terpacak di banyak tempat di negeri itu ketimbang tokoh-tokoh sejarah lokal.
Bermula dari pelbagai kelompok kerajaan kecil, yang memulai sejarah hidup mereka sejak tiga abad Sebelum Masehi, Mongolia terbentuk menjadi satu kerajaan pada 1206. Pada tahun itu Jenghis Khan yang lahir pada 1162, dengan nama Temujin berhasil menyatukan seluruh tanah Mongol. Sukses ini, juga semangat untuk memperluas wilayah, diteruskan oleh keturunannya dari generasi ketiga, Kublai Khan yang memaklumkan diri sebagai Khan Agung pada 1260 dan mendirikan Dinasti Yuan di Cina.
Namun, di Museum Nasional di Ulan Bator (kota berpenduduk 500 ribu jiwa, yang terletak di tepian Sungai Tola) kedua Khan itu - meski dipuji sebagai pemersatu - tidak ditokohkan. Ada sebuah papan bertuliskan "Kerajaan di bawah Jenghis Khan dan Kublai Khan merupakan kenyataan masa lalu". Cukup begitu. Bahkan di seluruh kawasan Ulan Bator, sama sekali tidak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…