Wawancara Tempo Dengan Arafat ; Mengapa Gerilyawan Palestina Di ...
Edisi: 44/15 / Tanggal : 1985-12-28 / Halaman : 16 / Rubrik : LN / Penulis :
LEBIH dari separuh umurnya habis di medan perjuangan. Baginya, pengorbanan apa pun tak menjadi soal, asalkan untuk mengusir Israel. Itulah Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), satu-satunya organisasi yang diakui PBB sebagai wakil bangsa Palestina. "Saya tidak akan pernah surut dari perjuangan; segala cara akan tetap saya tempuh demi kehormatan bangsa saya," ujar Arafat. Ia sekaligus membantah kabar angin yang menyatakan dirinya mulai enggan memanggul senjata.
Pergerakan politik dan militer bagi Arafat, insinyur sipil lulusan Universitas Kairo sudah menjadi bagian dunianya sejak duduk di bangku kuliah. Pada 1951, Arafat, waktu itu berusia 25 tahun, bersama rekan-rekan sekampus membentuk Persatuan Mahasiswa Palestina (PSU), cikal-bakal Al-Fatah yang, sampai saat ini, masih menjadi faksi paling menentukan dalam PLO.
Dunia militer mulai dimasuki Arafat pada 1956. Bersama sejumlah anggota PSU, dia membentuk: Batalyon Komando Palestina untuk Mesir - yang sebagian besar anggotanya mahasiswa. Oleh pemerintah Mesir, Arafat bersama teman-temannya, yang dikenal sebagai "Kelompok Kairo", dikirim ke Port Said sebagai ahli penyapu ranjau. Sejak itu, dia tak pernah absen dari berbagai medan pertempuran, yang berkali-kali nyaris merenggut nyawanya. Kendati demikian, bagi Arafat, tak ada kata jera dalam perjuangan. "Kami masih akan terus meningkatkan operasi-operasi militer dalam perjuangan kami," ujarnya.
Palestina adalah negeri kami/Tujuan kami kembali ke sana/Kematian tidak menakutkan kami/Palestina milik kami/Kami tak akan melupakannya.
Kami tak akan menerima tanah air lainnya/Palestinaku saksikan oh Tuhan dan sejarah/Kami berjanji akan mempersembahkan darah kami untukmu.
Itulah sumpah yang pernah diucapkan Arafat bersama ribuan anak Palestina lainnya, di masa remaja mereka, ketika terusir dari tanah leluhur oleh gempuran serdadu Israel dan Inggris pada 1948. Karena itu, bagi Arafat, yang kini bergelar Abu Ammar, kembali ke tanah Palestina bukan hanya memerlukan pasukan dan persenjataan yang tangguh, tetapi juga hati yang bersih. "Dalam perjuangan, saya menggenggam tangkai zaitun di satu tangan, dan senjata di tangan lainnya," ujar Arafat, yang lahir di sebuah rumah di…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…
Mandela dan Timnya
1994-05-14Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…