Nasib Rupiah Bila Harga Minyak...

Edisi: 50/14 / Tanggal : 1985-02-09 / Halaman : 68 / Rubrik : EB / Penulis :


MINYAK adalah darah bagi ekonomi Indonesia. Sumbangannya terhadap penerimaan dalam negeri, pukul rata, lebih dari 60% pada tiap tahun anggaran. Menciutnya penerimaan minyak karena harganya turun, bukan tak mungkin, akan mendorong pemerintah melakukan kebijaksanaan moneter untuk mengamankan APBN. Karena itu, banyak orang segera berjaga-jaga ketika, pekan lalu, OPEC terdengar menurunkan harga semua jenis minyak ringan anggotanya sebesar US$ 1 per barel. Mulai 1 Februari itu, minyak Minas Indonesia jadi US$ 28,53 per barel.

Akibatnya dalam jangka pendek, penerimaan pajak perseroan minyak jelas bakal turun. Juga dari gas alam, karena harganya dikaitkan dengan harga minyak. Kalau penerimaan berkurang, akankah pemerintah melakukan tindakan devaluasi guna memperoleh pajak migas dalam rupiah seperti direncanakan APBN 1985 - 1986? Dugaan itu muncul, karena pada bulan Maret 1983 pemerintah pernah mendevaluasikan rupiah, menyusul turunnya harga patokan minyak OPEC dari US$ 34 jadi US$ 29 sebulan sebelumnya.

Tapi Menko Ekuin dan Pengawasan Pembangunan Ali Wardhana segera muncul memberi penjelasan. Katanya, penurunan itu ternyata sangat terbatas pengaruhnya: hanya mengurangi pajak migas sebesar Rp 325 milyar, dan menciutkan penerimaan devisa sekitar US$ 300 juta, selama satu tahun anggaran. Karena pengaruhnya terbatas, pemerintah tak berniat mengubah sasaran penerimaan RAPBN 1985 - 1986. Tindakan devaluasi sekalipun juga tak akan dilakukan, mengingat cadangan devisa yang dikuasai pemerintah dan swasta cukup kuat: sekitar US$ 10 milyar.

Menko Ali Wardhana, ketika itu, tak menyinggung sama sekali rencana realisasi penerimaan pajak migas APBN 1984-1985 sebesar Rp 10,37 trilyun. Sasaran sebesar itu mulai menjadi tanda tanya sesudah, sejak November tahun lalu, kuota produksi minyak Indonesia dikurangi 111 ribu barel per hari. Menurut perhitungan pemerintah, pengurangan produksi itu akan menyebabkan penerimaan pajak minyak berkurang Rp 178 milyar, dan bakal menciutkan pendapatan devisa US$ 196 juta.

Hilangnya pajak dan devisa sebesar ini diharapkan akan segera bisa ditutup kembali, manakala permintaan minyak mulai menanjak dimusim dingin Januari lalu. Tapi, yang terjadi, konsumen ternyata kelihatan tetap kukuh dalam hawa dingin menggigit. Di Jepang sendiri, pasar minyak Indonesia makin kecil peranannya sebagai sumber pembangkit tenaga listrik - didesak minyak eks RRC dan gas alam dari sini (lihat: Cerita dari Sebuah Pasar). Perkembangan itu, tentu saja, cukup mendebarkan - meskipun penerimaan pajak migas 1984-1985 sudah mencapai Rp 7,8 trilyun (75% dari sasaran), sampai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…