Ikrar Versus Taktik Menggaet Kaki

Edisi: 01/15 / Tanggal : 1985-03-02 / Halaman : 69 / Rubrik : OR / Penulis :


RIBUAN penonton di Stadion Senayan, Rabu pekan lalu, terkesiap menyaksikan penampilan tim Perseman. Menghadapi Persib Bandung, malam itu, anak-anak Manokwari ini terlihat serba ragu dan, yang paling penting, permainan keras yang membuat nama mereka mencuat selama turnamen panjang itu - hilang sama sekali.

Bila seorang pemain Perseman jatuh, misalnya ditubruk lawan, dia buru-buru berdiri, mengulurkan tangan minta maaf. Hal yang jarang terjadi pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. "Kami bermain seperti banci, dan akibatnya jadi lucu," kata Adolf Kabo, bintang Perseman. Dalam pertandingan tak seimbang itu, Persib, yang didukung oleh seluruh penonton, akhirnya menutup peluang Perseman ke final dengan angka telak 4-1.

Kenapa anak-anak dari kepala burung Irian Jaya Itu kehllangan bisa dalam pertandingan yang amat menentukan itu ? Tanda tanya itu segera terjawab ketika sebelum babak kedua dimulai, panitia pertandingan mengumumkan ikrar bersama pimpinan Persib dan Perseman. Ikrar itu ditandatangani ketua umum Persib, Solihin G.P, dan asisten tim manajer Perseman, M.E. Talahatu, dengan diketahui ketua PSSI, A. Wahab Abdi. Ikrar itu antara lain berisi: kedua tim akan bertanding dengan mengendalikan emosi, dan tidak akan melakukan cara-cara yang kurang serasi dengan peraturan permainan. Para suporter kedua kesebelasan dan penonton diimbau untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi menjaga persatuan dan kesatuan. Ikrar itu rupanya telah membuat Perseman terikat janji dan tak bisa lagi mengembangkan permainannya. (Lihat: Upaya Mengenlalikan Teror Penonton).

Sejak muncul di Jakarta, mengikuti putaran kedua Wilayah Barat, Perseman memang tak mendapat tempat di hati penonton. Mereka sering dicemooh, dilempari batu, atau berbagai teror lainnya. Puncaknya terjadi di semifinal, ketika Perseman berhadapan dengan PSMS. Dalam suatu perebutan bola di babak kedua, pemain sayap Leo Kapisa dianggap wasit mengasarl seorang pemain belakang lawan, dan tanpa ampun Leo diusir dari lapangan dengan sebuah kartu merah. Teman-teman Leo tak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…