Teater Kubur Di Teater Arena
Edisi: 51/23 / Tanggal : 1994-02-19 / Halaman : 98 / Rubrik : TER / Penulis : DEWANTO, NIRWAN
PENTAS Teater Kubur, akhir minggu lalu, adalah pentas yang menekan perasaan. Seluruh dinding Teater Arena Taman Ismail Marzuki dibalut kain hitam. Ketika kita masuk, disambut suara besi dipukuli, bising dan bertalu-talu. Jebolan besi beton diletakkan di sana-sini: di tepian panggung dan di tempat penonton. Kursi-kursi penonton telah dipindahkan, disusun meninggi di latar belakang, terlapis tirai hitam transparan. Ada pasir hitam bertaburan di tempat kita duduk lesehan. Di pentas yang dialasi kain putih kumal, enam pemain - lima lelaki bertelanjang dada dan bercelana pendek hitam, dan seorang perempuan bergaun panjang hitam - melakukan gerak badan dan pemanasan.
Pelan-pelan, suara besi terhenti. Si perempuan berjalan mengitari panggung, dan dengan suara tinggi (dan lafal yang tak jelas) meratap, "Kita berkejaran siang malam, meski kelaminku robek, meski jeroanku ringsek." Berulang-ulang. Dan lima lelaki itu, seakan disatukan oleh nasib yang sama, mulai mengigau, mengejang-ngejang, bergulingan, dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…