Kontras Tanpa Keharusan

Edisi: 24/15 / Tanggal : 1985-08-10 / Halaman : 56 / Rubrik : SR / Penulis :


KOTA yang angkuh Kemudian para urban yang tetap saja bertampang udik. Kota tumbuh gemerlap, dengar gedung tingg-tinggi, bertaraf internasional. Sementara itu, seorang bapak berkopiah, dengan baju dan celana lusuh, berselempang sarung, membawa tas butut, berdiri bengong menatap badan bis kota. Dan tiba-tiba, di badan bisa itu terbayang kota yang angkuh itu.

Kontras antara kota dan para urban kali ini mendominasi pameran Dede Eri Supria - pameran tunggal ketiga dari pelukis yang kini 29 tahun. Sebuah masalah yang sebetulnya bukan baru lagi: kepincangan sosial. Di sebuah jalan dengan gedung-gedung megah, seorang lelaki berkaus dan bercelana pendek dengan kaki telanjang mendorong sepeda berbagasi keranjang bambu penuh muatan. Lalu sejumlah orang dengan pakaian dan gaya dusun - ada yang berdiri, ada yang jongkok - menatap sebuah pemandangan gemerlapnya kaca dan gedung modern. Dalam lukisan lain berjudul Di Antara Seribu Jendela, seorang lelaki bercaping, berkain sarung, duduk tak berdaya terkurung dalam kaca-kaca - simbol bangunan masa kini. Apa yang kemudian mencuat dari sana?

Tokoh-tokoh Dede adalah orang-orang yang ketinggalan kereta - dilihat dari kaca mata pembangunan yang sedang berjalan. Pada kanvas, orang-orang itu terasa bak barang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…