Sebuah Musala Buat Banci

Edisi: 24/15 / Tanggal : 1985-08-10 / Halaman : 59 / Rubrik : AG / Penulis :


SEHABIS salat lohor, dua orang banci berdebat mengenai wudu. Masalahnya: apakah bersentuhan dengan perempuan (kulit dengan kulit) membatalkan wudu mereka. Tidak, menurut Mono - yang mengganti namanya menjadi Mona. Dan itu bukan karena Mono atau Mona mengikuti paham (seperti Muhammadiyah, dan bukan seperti NU) yang menganggap persentuhan tidak membatalkan wudu.

Nanik sebaliknya. Menyenggol wanita, katanya, membikin batal. Tapi, dan inilah yang menarik, juga menyenggol laki-laki. "Kalau aku kesenggol mereka sedikiiit saja, rasanya - aih aiiih...," kata Nanik. Sedangkan bagi Mona, menyenggol laki-laki juga tak membatalkan wudu. Aneh, memang. Kesimpulan: mereka, baik yang pro-batal maupun yang tidak, menganggap diri mereka kelas tersendiri.

Perbincangan seperti itu memang menjadi mungkin sekarang ini. Bukan karena Tuhan di tahun-tahun belakangan lebih banyak menciptakan jenis seks yang "unik" itu, tapi karena, misalnya, saudara-saudara kita itu sudah punya rumah alias markas khusus, lengkap dengan musala pula. Tempat pertemuan itu diberi nama Griya Chandra Kencana, di Jalan Karangasem, Surabaya, dan diresmikan oleh tak kurang dari dr. Purnomo Kasidi wali kota Surabaya bulan lalu. Wali kota, yang juga menyumbang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…