Akemashite Omedeto Gozaimasu
Edisi: 47/13 / Tanggal : 1984-01-21 / Halaman : 47 / Rubrik : SEL / Penulis :
TAHUN baru di Jepang ditandai dengan ucapan akemashite omedeto gozaimasu. Akemashite, artinya "tahun baru telah tiba", sedangkan omedeto gozaimasu kira-kira sebanding dengan "selamat". Berbeda dengan kita di Indonesia, yang menerima tahun baru Masehi - semata sebagai tanda waktu yang formal sifatnya, orang Jepang memandang tahun baru sebagai saat yang sangat penting dalam hubungan pribadi dan, bahkan, agama.
Pohon cemara, bambu, dan kembang tampil di mana-mana - di muka setiap rumah, kantor, toko, bank, hotel, restoran. Tapi satu jenis hiasan yang merupakan ciri khas perayaan Tahun Baru Jepang ialah ini: pohon pinus di pintu depan. Hiasan ini dibikin dari dahan pinus dan bambu, didirikan pada sebuah dasar yang terbuat dari tali dan kayu. Ini ditempatkan di pintu masuk rumah atau gedung. Sejumlah lembaran kertas putih terlipat rapi, digantung pada seutas tali, direntangkan pula di atas pintu, menyambut kedatangan Dewa Tahun Baru ke rumah. Tali itu dinamakan shimenawa, tali keramat, yang berperan dalam dongeng Jepang paling tersohor.
Menurut dongeng itu, Amaterasu, Dewi Matahari, bersembunyi dalam sebuah gua karena tersinggung oleh kelakuan galak saudaranya, Susa-no-o. Dunia menjadi gelap gulita. Sejumlah dewa lain lantas berusaha membujuk Amaterasu yang ngambek itu, tetapi tak berhasil. Akhirnya, dewa-dewa itu mulai menari, menyanyi, dan ketawa di muka gua. Begitu ramai dan gaduh, hingga Amaterasu terpancing menengok ke luar. Dan saat itu, cahaya kembali meliputi dunia. Secepatnya para dewa merentangkan seutas tali di depan gua, untuk mencegah cahaya masuk kembali ke dalam.
Dorongan rohaniah di balik perayaan Tahun Baru di Jepang memang sangat kuat dan nyata. Pada hari terakhir Desember, di seluruh Jepang dimulai persiapan untuk suatu kehidupan baru dengan meninggalkan segala kekisruhan tahun yang silam. Rumah dibersihkan, pakaian bekas dibuang, utang-utang dilunasi, sengketa didamaikan. Bagai Idul fitri di kalangan kita layaknya, atau lebih lagi.
Bila saat tengah malam menjelang, genta di kuil ditabuh 108 kali. Ini menurut agama Budha melambangkan jumlah dosa yang mungkin menghinggapi seorang manusia. Dengan lenyapnya bunyi genta dan dosa - tahun barupun tiba. Orang lalu mengenakan baju dan kimono mereka yang terbagus, dandanam jumlah puluhan ribu memenuhi jaran-jalan dan segala jenis transportasi - mengalir menuju kuil dan tempat keramat lain. Mereka berdoa untuk nasib baik dan sukses di tahun yang baru.
Menurut data statistik terbitan Lembaga Polisi Nasional lepang, bertanggal 4 Januari tahun lalu, 81,6 juta orang Jepang berziarah ke kuil atau wihara selama 7 jam pertama tahun baru 1983. Dan ini menunjukkan kenaikan 2,9 juta dari jumlah di…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…