Aku Kembali Ke Sel Tanpa Nomor

Edisi: 08/14 / Tanggal : 1984-04-21 / Halaman : 41 / Rubrik : SEL / Penulis :


Pada suatu fajar April 1977 sekitar 20 penduduk sipil mengepung apartemen di tengah Kota Buenosù Aires Aryentina. Mereka menyaku melaksanakan perintah Briyade Infanteri X Korps Anykatan Darat 1. Mereka menutup kepalaku dengan selembar selimut. Mereka melemparkan tubuhku ke lantai belakang sebuah kendaraan.

Kami tiba di suatu tempat. Seseorang menempelkan laraspistol di kepalaku . "Aku akan menyhitungnya sampai sepuluh " katanya. "Ucapkanlah selamat tinggal Sobat Jacobo. Anda sudah tamat."

Ia menghitung perlahan. Aku tetap membisu terkesima: "Tak mungkinkah dielakkan mati denyan cara ini? Istriku anak-anakku aku mencintai kalian.

Adios, adios, adios."

"Sepuluh."

Kudengar suara tertawa. Aku sendiri mulai tertawa Keras. Terbahak-bahak. (Dari:Jacobo Timerman Prisoner without a Name, Cell without a Number, 1981). - Buku yang dipetikkan di atas itu karya seorang wartawan pemimpin redaksi La Opinion, koran besar yang berpengaruh di Buenos Aires. Timerman yany akhirnya muncul sebagai salah satu sosok dunia dalam perjuangan hak asasi adalah seorang Yahudi Argentina.

Bahkan penentang rezim diktator militer ini seorang zionis.

Bisa dipahami bila dalam bukunya seperti juga tulisannya di The New York Times berikut ini - yang dibuatnya setelah perjalanan kembali dari Israel menengok Argentina dan yang kami terjemahkan secara lurus--tercium dengan kuat kesadaran rasnya. Itu bahkan menjadi pembicaraan kalangan pemuka Yahudi Argentina sendiri seperti ditulis Time. Pejuang kebebasan manusia atau pejuang ras? Orang boleh menunjuk anak-anak pengungsi Palestina--di atas satu juta jumlahnya--yang bergelimpangan di tenda-tenda di negeri-negeri Arab sekeliling akibat dipaksakannya negara rasis Israel (sebagai tebusan rasa malu Barat kepada Yahudi pada hari-hari silam) dengan mendesak wilayah mayoritas mutlak Arab dan dengan segala cara.

Timerman sendiri bukan tak punya kritik tajam tidak kepada cita-cita zionis tentu tetap setidak-tidaknya kepada praktek penyerbuan Israel ke Libanon.

"Israel harus hidup; haruskah yang lain mati? " bunyi poster-poster oposisi di sana) . Seorang putra Timerman sendiri yang turut diberangkatkan ke Libanon "terbunuh sia-sia".

Itu tak akan terlihat di halaman-halaman ini.

Tahanan tanpa nama, Sel tanpa nomor sebenarnya sebuah ungkapan tentang harga manusia yang dibungkam dan diinjak dibelakang pintu tak dikenai, sebuah tangisan yany masih saja terdengar dari banyak negeri di dunia. Untuk itu biarkanlah Timerman berbicara dari posisinya.

DALAM penerbangan dari New York aku membayangkan kunjungan kembali ke Argentina sebagai hal yang biasa saja. Selama dua setengah tahun aku telah menjadi tahanan, diedarkan di beberapa penjara resmi dan penjara rahasia milik diktator militer Argentina, akhirnya dikenai tahanan rumah. Kemudian, secara ajaib, dibebaskan dan hampir empat setengah tahun berikutnya aku hidup di luar negeri.

Kini, Januari 1984, dengan pemerintahan demokratis yang secara tidak terduga-duga berkuasa kembali di Argentina, aku kembali ke kota tempat aku menghabiskan usia lebih dari setengah abad.

Di atas kertas, perjalanan ini berarti pulang ke tempat-tempat tertentu. Dalam beberapa hal ada cinta dan impian. Di sisi lain, ada duka dan kebencian. Di atas kertas semuanya tampak mudah belaka.

Tetapi, perjalanan pulang seperti ini memiliki hukum-hukumnya sendiri, yang terkadang sulit diramalkan. Mungkin karena dalam setiap pencarian, dan setiap penemuan, muncul sesuatu yang sebelumnya luput dari perkiraan....

* * *

Wanita itu berdiri di depanku, napasnya tersengal. Dijabatnya tanganku di antara kedua telapak tangannya, dan diserunya namaku berulang-ulang. Aku sedang duduk bersama istriku di sebuah kafe kaki lima di dekat bekas rumahku, di Buenos Aires. Dan perempuan ini, dengan air mata membasahi wajahnya, bertanya apakah aku ingat padanya. Tidak, aku tidak ingat padanya .

"Silvia F.," dia berusaha menggugah kenanganku. Dia pernah menjadi tahanan bersama aku di salah satu penjara rahasia rezim yang lalu. Dan ia mulai mengimbau ingatanku dengan menuturkan berbagai detail. Ia kini duduk, mengusap wajahku. Mungkin, ketika di penjara dulu, aku melambangkan sesuatu baginya. Tapi kini, di sini, sungguh banyak makna yang tak bisa kupahami.

Ia cantik, mungil, berambut pirang, berusia sekitar 40. Selama hampir lima tahun, katanya, ia dipindahkan dari penjara ke penjara dipukuli dan dianiaya. Setelah bebas, katanya lagi, ia tidak bisa kembali ke kehidunan normralkan suaminya dan kini menjalani psikoterapi. Aku berusaha meyakinkan bahwa dia pasti beroleh kehidupan baru, tapi dia memang tidak membutuhkan kata-kata hiburan. Kedatanganku ke Buenos Aires baginya semacam bagian dari usaha balas dendam.

* * *

Wartawan Juan N. menelepon aku dari sebuah kota kecil, beberapa kilometer dari Buenos Aires. Dulu, pada suatu tengah hari menurut ingatanku, ia dibawa ke dalam sel dengan bekas siksaan yang mengerikan. Ketika itu musim dingin, dan ia hanya memiliki beberapa lembar pakaian. Perawakannya langsing, kulitnya cokelat, usianya sekitar 50, dengan penampilan yang sungguh rapuh.

Sesaat para pengawal di penjara rahasia itu lengah, dan aku menyelipkan ke tangan Juan selembar sweater sehelai kemeja, sepasang kaus kaki, dan sebungkus rokok. Kami tak pernah berbicara. Dan itulah saat terakhir aku melihatnya. Cerita mengenai dirinya baru kudengar beberapa waktu kemudian.

Tampaknya, ia ditangkap karena namanya berbau Yahudi. Padahal dia seorang Kristen, dengan latar belakang Libanon. Di surat kabar tempatnya bekerja ia menyiarkan tulisan-tulisan yang bagus mengenai Timur Tengah - isu yang sangat menarik perhatiannya. Hanya, sebagian besar bahan tulisan itu datang dari bagian penerangan kedutaan besar Israel. Ia dicurigai sebagai agen Zionis, dan ditahan 14 bulan.

Pada suatu hari mereka mengeluarkannya dari penjara dengan mata tertutup. Lalu, dari sebuah kendaraan yang melaju, tubuhnya dilemparkan ke jalanan. Ia kemudian sembuh dari luka-lukanya dan dari penyakit TBC yang diperolehnya di penjara. Kini ia sedang bersiap-siap menggugat Ramon Camps, jenderal yang dulu menjadi kepala polisi Provinsi Buenos Aires. Dia gembira ketika mengetahui aku juga bakal menggugat Camps, dengan gugatan yang sama seperti para penggugat lain: pencullkan dan penyiksaan.

Juan ingin kami bertemu - sehingga ia bisa sekalian mengembalikan sweater yang dulu kuberikan kepadanva. Tapi dia heran ketika mengetahui aku tidak bernafsu untuk "reuni" semacam itu. Aku tidak punya kekuatan unuk menerangkan kepadanya, bahwa aku pulang bukan untuk hal-hal seperti itu. Ia bangga akan saat-saat berbahaya yang kami jalani bersama, dan mungkin aku sendiri pun bangga. Tetapi kini aku sadar, aku pulang untuk sesuatu yang lebih dari itu, atau, sesuatu yang lain.

Ketika berusia 16 tahun, aku bergabung dengan sebuah grup teater boneka. Kami menamakan kelompok itu "Juan Cristobal" - untuk menghormati pahlawan dalam cerita Romain Rolland. Kami menyelenggarakan pementasan wayang boneka di sebuah rumah tua di seberang gereja, di kawasan permukiman nelayan dan pelaut Buenos Aires.

Pertunjukan kami berisi pesan cinta dan persahabatan di antara rakyat dan bangsa-bangsa. Kami yakin, teater ini membantu keteguhan kepercayaan kami pada tahun 1939 yang membingungkan, ketika pasukan-pasukan Republikan yang terakhir ditaklukkan Fasis di Spanyol dan Perang Dunia II dimulai. Kini, selang 45 tahun, rumah tua itu tak ada lagi. Lonceng gereja di seberangnya masih berdentang, tetapi jamnya sudah mati.

Kucoba menggugah kembali masa remaja Yahudi itu untuk meyakinkan keindahan masa depan yang menanti umat manusia, tetapi aku tak berhasil. Sungguh pahit untuk mengakui bahwa tempat itu ada di sini, masih bisa dikenali, bahwa aku kini berada di tempat masa kanak itu, tetapi impian dan harapan remaja itu sudah sirna.

Masa remaja memang tidak terkalahkan; ia hanya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…