Dari Kisah Euis Dan Sofia

Edisi: 14/14 / Tanggal : 1984-06-02 / Halaman : 16 / Rubrik : NAS / Penulis :


TERSEOK-seok menjinjing tas di antara penumpang pesawat Garuda yang baru mendarat di bandar udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, umat pekan lalu, Sarfi terlihat amat letih. Bukan saja karena wanita Madura berumur tiga puluhan ini baru menempuh perjalanan panjang Jeddah -- Jakarta perutnya yang buncit karena sedang, hamil kentara sekali amat mengganggu gerakannya.

"Saya bukan dihamili orang Arab," ujar Sarfi cepat kepada TEMPO, sekaligus seperti ditujukan pada banyak mata yang memperhatikannya pagi itu di depan pintu keluar. Berangkat menjadi pembantu rumah tangga di Mekah lima bulan yang lalu, Sarfi - yang berasal dari Pamekasan, Madura - memang sudah hamil dari suaminya yang sah. "Sekarang kandungan saya enam bulan," katanya malu-malu. Dalam kondisi seperti itu, tentu perempuan ini tak mampu menunaikan tugasnya sehari-hari: mengurusi dapur dan membersihkan rumah majikannya - sebuah gedung berlantai empat - setiap hari. Akhirnya, setelah kandungannya tambah besar, "Saya tambah tak kuat bekerja, dan setiap hari cuma bisa menangis." Mujur nasib Sarfi, majikanya berbaik hati memberinya tiket pesawat pulang ke Jakarta tanpa harus menyelesaikan kontraknya yang dua tahun itu.

Dia juga lebih beruntung ketimbang Euis Nurhasanah, 4, istri Wawan Setiawan seorang guru mengaji di Kampung Sukaregang, Garut, Jawa Barat. Berangkat ke Mekah, Maret 1984, karena tergiur oleh janji penghasilan besar di sana, wanita beranak dua itu ternyata cuma tahan 15 hari di rumah besar majikannya, Khalid, di kawasan Syarahmansyur. Setelah itu, dia terpaksa dipulangkan. "Saya sakit maag," katanya.

Rupanya, perut Euis, yang sejak 10 tahun lalu digerogoti penyakit itu, tak bisa menerima roti-rotian, makanan utama di sana. "Untuk menangsel perut, setiap hari saya makan apel dan buah anggur," ceritanya. Pada suatu hari, Euis terjatuh sewaktu mengangkut kasur. Rupanya, maag-nya kambuh.

Tapi takdir ang menimpanya tak sebaik Sarfi. Tanpa dibekali tiket pesawat, Euis ditelantarkan majikannya di pelabuhan udara Jeddah. Seorang diri di negeri asing, istri guru mengaji itu cuma bisa menangis, sehingga menarik perhatian beberapa sopir taksi yang kebetulan teman sekampung. Merekalah akhirnya yang mengongkosi Euis sampai ke Garut. Tiba di sini dan berkumpul lagi dengan suami serta anaknya, perempuan ini masih terekam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?